Kretek Tak Diperhatikan Pemerintah, Karding: Tapi Cukainya Diterima

| Rabu, 25/07/2018 13:22 WIB
Kretek Tak Diperhatikan Pemerintah, Karding: Tapi Cukainya Diterima Anggota Komisi III DPR RI, Abdul Kadir Karding (pegang mik) menyampaikan materi dalam diskusi pertembakauan di Jakarta (dok AKK Center)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Anjloknya produksi Sigaret Kretek Tangan atau SKT kembali mendapat sorotan dari Komisi III DPR RI. Anggota Komisi III Abdul Kadir Karding menyatakan, penurunan tersebut berdampak langsung pada industri pertembakauan dan penghasilan masyarakat petani tembakau, seperti di Tamanggung.

“Di Temanggung, sebanyak 70 persen warganya adalah petani tembakau, tembakau adalah salah satu varietas terbaik di sana,” kata Karding saat menghadiri diskusi bertajuk ‘Menyelematkan Industri dan Pekerja Rokok Kretek Tangan’ di Jakarta, Rabu 25 Juli 2018.

Menurut Karding, salah satu penyebab turunnya produksi SKT adalah merebaknya Sigaret Kretek Mesin (SKM) serta kebijakan pemerintah yang tak pro rakyat, seperti impor tembakau yang mencapai 50 persen dari total kebutuhan tembakau Indonesia.

Legislator dari Dapil Temanggung, Wonosobo, Purworejo dan Magelang ini tak menampik jika rusaknya pangsa pasar SKT telah menjadi momok bagi 3 juta petani tembakau dari 15 provinsi, 1,5 juta petani cengkeh, 600 ribu buruh, dan 1 juta lebih pedagang eceran.

“Kita bisa melihat bahwa tembakau adalah lapangan kerja yang strategis, banyak orang menggantungkan hidup dari tembakau,” tegas Karding.

Oleh karena itu, Karding mendesak Pemerintah untuk bijak dan proporsional menyikapi eksistensi pertembakauan, bukan hanya mau menerima dan menaikkan cukainya saja. "Kalau ada sektor yang tidak diperhatikan pemerintah ya tembakau. Tembakau memang mau dibuang, tapi cukainya diterima," ungkap Karding.

Terlebih kenaikan cukai berpengaruh pada tingginya harga rokok, tingginya harga rokok mengakibatkan industri tembakau menurun dan tentu berimbas pada pengurangan pekerja alias PHK.

“Menurut saya perlu dipilah soal cukai, cukai untuk kretek dan cukai untuk rokok putih. Kretek adalah produk Indonesia dan dipasarkan oleh orang Indonesia. Kretek bukan hanya aset ekonomi, tapi juga warisan budaya Indonesia yang harus dilestarikan,” pungkas Sekjen DPP PKB ini.

Senada dengan Karding, Ketua Umum Federasi Pekerja Rokok Tembakau Makanan dan Minuman (FSP RTMM), Sudarto menyebut penurunan produksi SKT terjadi sejak 9 tahun terakhir. Dampaknya tak hanya ke industri, tapi juga ke pekerja.

“Jika terus menurun maka otomatis pendapatan pekerja dan juga pengusaha menurun. Di internal kami saja ada 56.616 pekerja, mereka selama 9 tahun kehilangan pekerjaan. Untuk pindah skil mereka pas-pasan,” kata Sudarto.

Tags : Abdul Kadir Karding , Kretek , PKB

Berita Terkait