Kongres KSBSI, Kemnaker Paparkan Dua Tantangan Serikat Pekerja

| Jum'at, 28/06/2019 19:18 WIB
Kongres KSBSI, Kemnaker Paparkan Dua Tantangan Serikat Pekerja Dirjen PHI dan Jamsos Kemnaker Haiyani Rumondang (dua dari kanan) menghadiri pembukaan Kongres VIII KSBSI di Jakarta Timur, Jumat (28/6). (Dok Kemnaker RI)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Dirjen Haiyani mengungkapkan, saat ini eksistensi serikat pekerja/serikat buruh dalam upaya membangun bangsa demi mensejahterakan anggota dan keluarganya menghadapi tantangan, baik internal maupun eksternal. Tantangan internal tercermin dalam pertumbuhan serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi.

Dari sekitar 9 juta pekerja/buruh yang menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh pada awal reformasi 1998, kini hanya tersisa 2.717.961 pekerja/buruh. Dari 192.238 perusahaan, serikat pekerja/serikat buruh hanya eksis di 7.294 perusahaan.

"Jumlah tersebut mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya yang eksis di sekitar 11.852 perusahaan," kata Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan Jamsos) Kemnaker Haiyani Rumondang saat membuka Kongres VIII Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) di Jakarta Timur, Kamis, 27 Juni 2019.

Menariknya, struktur atas gerakan buruh (Federasi dan Konfederasi) naik drastis. Federasi serikat pekerja/serikat buruh membengkak menjadi 137, dan Konfederasi menjadi 15. "Politisasi dan polarisasi membuat struktur gerakan buruh keropos di bawah, " tandasnya.

Pada sisi lain, secara eksternal gerakan buruh dihadapkan pada perubahan industri yang cepat dan masif. Revolusi industrial 4.0 memaksa di semua sektor yaitu ekonomi, bisnis, keuangan dan lainnya melakukan adaptasi dengan metode baru yang digital based.

Di satu sisi, revolusi tersebut menjanjikan efisiensi dan produktivitas. Namun di sisi lain, lanjut Haiyani, revolusi itu juga mengancam keberadaan pekerja yang berpendidikan rendah maupun pekerja yang memiliki skill rendah.

"Kondisi tersebut tidak dapat dihindari oleh semua pihak, dan dampak langsung yang dirasakan ialah berupa pengurangan tenaga kerja, namun hal ini bisa diatasi dengan penyesuaian skill SDM yang ada dengan melakukan training-training dan pelatihan-pelatihan," ujar Haiyani.

Terkait Kongres, pemerintah berharap pemimpin masa depan KSBSI idealnya bisa memotivasi anggotanya untuk mencapai tingkat tertinggi di dalam kerja dan karya sekaligus membangun prestasi. "Sebab pemimpin masa depan selalu mengungkap intuisi, ide dan logikanya, sambil mendiskusikannya dengan orang lain serta mencari solusi yang visioner," ujarnya.

Tags : Kemnaker , Serikat Pekerja , Revolusi Industri 4.0