Ridho dengan Ketetapan Allah: Renungan Pasca Pemilu 2019

| Rabu, 24/04/2019 20:11 WIB
Ridho dengan Ketetapan Allah: Renungan Pasca Pemilu 2019 Kiai Umaruddin Masdar (doc. istimewa)

Oleh: Kiai Umaruddin Masdar*

RADARBANGSA.COM- Alhamdulillah, Pilpres & Pileg 2019 telah kita lewati bersama dengan lancar dan damai. Ada beberapa kekurangan di sana-sini, ini wajar. Yang penting secara umum berjalan damai.

Selama Pileg & Pilpres mungkin ada sebagian kita yang bersitegang, beda pendapat. Itu juga wajar. Karena kehidupan dunia memang ditakdirkan penuh perbedaan. Ketika pemilu sdh selesai, saatnya kita menyambung kembali tali silaturrahim dan persaudaraan.

Pemilu ibarat jihad kecil. Jihad yang paling besar adalah melawan hawa nafsu kita sendiri: nafsu merasa paling benar, paling suci & paling baik. Yang menang pemilu adalah mereka yang berjiwa besar: tetap rendah hati menyambut kemenangan dan ridho menerima kekalahan, karena semua itu sudah digariskan oleh Allah SWT.

Salah satu tanda adanya iman, seperti disebutkan dalam sebuah Hadits riwayat Imam Al-Bazzar dalam Kitab Mukhtarul Ahadits hlm. 73 hadits no 574, adalah ridho menerima ketetapan Allah SWT ( ar-ridho bi qodhoillah)

Kalau kita bercermin pada kisah dalam al-Quran, asal mula kehidupan dunia dulu ada di surga. Waktu itu surga dihuni oleh iblis dan para malaikat. Iblis adalah pemimpin di surga. Para malaikat pun hormat kepada iblis.

Tapi kemudian Allah memutuskan mengangkat pemimpin baru yaitu Adam AS. Tapi iblis tidak mau menerima keputusan Allah ini, karena iblis merasa lebih mulia daripada Adam. Inilah salah iblis, tidak menerima ketetapan Allah.

Iblis bukan hanya tidak mau sujud kepada Adam, seperti yang diperintahkan Allah, tapi juga terus berupaya dan bersiasat bagaimana agar Adam dikeluarkan dari surga.

Usaha iblis berhasil. Dengan siasatnya Adam dan Hawa berhasil dibujuk untuk memakan buah khuldi, sesuatu yang dilarang oleh Allah.

Sebagai hukumannya, Adam, Hawa & iblis semuanya dikeluarkan dari surga. Ketika dikeluarkan dari surga, iblis lagi-lagi menyalahkan Adam & Hawa. Tapi tidak demikian Nabi Adam. Nabi Adam menyalahkan dirinya sendiri. Nabi Adam berkata dalam doanya:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

 "Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi."
(QS Al-A’raf : 23)

Sebagai manusia beriman sudah selayaknya kita meneladani Nabi Adam. Ikhlas dengan keputusan Allah, dan tidak meniru sifat iblis yang terus-menerus menyalahkan pihak lain.

Pemungutan suara Pilpres dan Pileg telah dilaksanakan. Kita tunggu prosesnya sampai KPU menetapkan. Siapa yang akan terpilih nanti, itulah ketetapan Allah. Dan bisa jadi yang dipilih Allah itu tidak kita senangi. Terimalah dengan ridho. Jangan menyalahkan siapa pun, misalnya KPU. Karena yang suka menyalahkan pihak lain itu tidak mewarisi sifat mulia Nabi Adam. Dan ujung-ujungnya, secara tidak disadari bisa jadi akan menyalahkan Allah SWT. Na`udzubillah..

Ada sebuah kisah. Syaikh Syaqiq al-Balkh membeli buah semangka untuk istri tercinta. Saat dimakan ternyata buah semangka itu tidak manis.

Sang isteri marah kepada Syaikh Syaqiq.

Syaikh Syaqiq dengan sabar menunggu isterinya yang marah. Setelah amarah isterinya agak reda, Syaikh Syaqiq bertanya dengan lembut.

“Isteriku, kepada siapakah sebenarnya engkau marah?
Kepada aku yang membelinya kah?
Atau kepada pedagang yang menjualnya?
Atau kepada petani yang menanam buah semangka itu? Ataukah kepada Yang Menciptakan buah semangka itu?”

Istri Syaikh Syaqiq terdiam.

Dengan suara yang lembut,
Syaik Syaikh melanjutkan perkataannya:

“Saya sebagai pembeli, telah berusaha memilih buah semangka yang terbaik. Pedagang juga tidak menjual semangka kecuali yang terbaik. Begitu pula seorang petani, tentu saja ia akan merawat tanamannya agar bisa menghasilkan buah semangka yang terbaik. Maka sasaran kemarahanmu yang tersisa, tidak lain hanya kepada Yang Menciptakan buah semangka itu, yaitu Allah SWT."

Perkataan Syaikh Syaqiq menembus ke dalam hati sanubari istrinya. Air mata sang isteri menetes perlahan ..

Syaikh Syaqiq melanjutkan ucapannya:

“Wahai isteriku, bertaqwalah kepada Allah. Terima dan ridholah dengan apa yang sudah menjadi ketetapan-Nya. Agar Allah memberikan keberkahan pada kita.”

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

Mudah-mudahan Allah membimbing kita untuk selalu sabar, ikhlas dan istiqomah. Amin.

Kepada Allah kita berserah diri, dan kepada-Nya kita mohon pertolongan.

*Kiai Umaruddin Masdar adalah Pengasuh Majlis Zikir Hayatan Thoyyibah D.I. Yogyakarta

(Di sampaikan pada Mujahadah & Pengajian rutin malam Sabtu, 19 April 2019, di Masjid Kamaluddin Krapyak Wetan Bantul DIY)

Tags : Pilres , Pemilu 2019 , Umaruddin Masdar

Berita Terkait