Akhir Pekan dan Nikmatnya Secangkir Kopi Khas Sulteng

| Sabtu, 09/09/2017 10:13 WIB
Akhir Pekan dan Nikmatnya Secangkir Kopi Khas Sulteng
RADARBANGSA.COM - Akhir pekan adalah ajang yang bisa dimanfaatkan dengan beragam aktifitas positif. Mencari waktu luang bareng sahabat menjadi prioritas utama saat hari libur. Apalagi hari libur merupakan momen yang berharga untuk dilewati. Ya, pergi ke tempat asyik bareng sahabat ternyata bisa menjadi pelepas penat setelah sibuk seharian di kantor. Mulai dari nonton, belanja, pergi ke salon dan masih banyak hal lainnya yang bisa dilakukan bersama sahabat. Atau, bisa jadi ide yang brilian ketika memilih kongkow ke tempat ngopi yang asyik. Seperti yang dilakukan Abdul Kadir Karding di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu 9 September 2017. Secangkir kopi menemaninya sembari bercengkrama dengan sejumlah sahabat dan masyarakat Sulteng dengan penuh keakraban dan tentunya santai. Anggota Komisi III DPR RI ini berujar, sebagai provinsi terluas di pulau Sulawesi, Sulteng memiliki dataran tinggi di hampir seluruh daerahnya, yang merupakan prasyarat tumbuhnya tanaman kopi. Menurut Karding, sejarah penanaman kopi di Sulteng sudah terbilang lama. Ia masuk bersama kolonialisme Hindia Belanda. Namanya mungkin masih asing ditelinga beberapa penikmat kopi. Beda jauh dari kopi Toraja yang masih serumpun dari pulau Sulawesi. Kopi-kopi asal Sulteng seperti kopi Kulawi dan kopi Napu adalah satu di antara beragam magnit untuk wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Tengah atau ke Kota Palu. Tekstur tanah juga menjadi faktor keunikan rasa kopi Sulteng yang sangat ia gemari itu. “Saya sangat suka dengan kopi Sulteng. Cara pengolahannya masih alami dan tradisional. Rasanya tidak kalah nikmat dengan di daerah lain. Dan uniknya hampir di semua kabupaten/kota di Sulteng ini punya produk kopi unggulan,” kata Karding sembari menikmati secangkir kopi di salah satu warung kopi terkenal di Kota Palu. [caption id="attachment_9474" align="aligncenter" width="441"] Abdul Kadir Karding menikmati kopi khas Sulawesi Tengah sembari ngobrol santai dengan sahabat-sahabatnya di salah satu warung kopi terkenal di Kota Palu (foto: RB)[/caption] Dengan ditemani penganan asli khas daerah Sulteng semacam Pidas Rica Pisang Goreng, Lalampa, Tettu Gula Merah ataupun Tarraju, kata Karding, kenikmatan kopi Napu dan Kulawi menjadi semakin bergairah. Aroma dan cita rasanya yang khas menambah nikmat untuk diseruput sambil bercengkereama dengan sahabat. Kabupaten Sigi dan Poso, lanjut Karding, merupakan sentra pertanaman kopi di Sulteng. Sementara berdasarkan data Badan Pusat Statistik Sulteng dalam angka 2016, dari 13 kabupaten dan kota, hanya Kota Palu yang tidak punya tanaman kopi. “Kota Palu sendiri merupakan bagian akhir dari komoditi kopi, karena bisnis warung kopi dan industri pengolahan biji kopi tumbuh dan bergeliat,” ungkap Sekjen DPP PKB ini Untuk diketahui, Kota Palu memang gencar mempromosikan potensi kopi yang beragam. Salah satunya dengan menggelar Festival Kreatif Kopi Sulteng bersama Komunitas Pecinta Kopi Kota Palu (Kapekape) yang secara rutin digelar setiap tahun untuk memperkenalkan secara lebih luas kopi dari Sulteng. Kegiatan semacam ini, kata karding, turut membantu optimalisasi promosi produk kopi Sulteng yang berkualitas. Apalagi momen tersebut juga menjadi ajang silaturrahim petani kopi, penyuluh pertanian, pedagang perantara, sektor industri, pengusaha warung kopi hingga komunitas penikmat kopi. “Itu merupakan mata rantai dari komoditi kopi dari hulu hingga hilir. Dampaknya juga sangat baik, kopi Sulteng jadi lebih dikenal,” ungkap Karding. AZ
Tags :