Revitalisasi Pendidikan Vokasi untuk Menyambut Bonus Demografi

| Senin, 26/02/2018 11:10 WIB
Revitalisasi Pendidikan Vokasi untuk Menyambut Bonus Demografi Arzety Bilbina

SURABAYA, RADARBANGSA.COM - Dalam reses yang diadakan di salah satu SMK di Surabaya, Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Arzeti Bilbina dimintai tanggapan soal bagaimana agar lulusan Diploma IV/ Politeknik bisa diterima dunia kerja?

"Kemarin Menristek, Mohamad Nasir mengatakan kementerian akan kirim surat ke industri bahwa lulusan D4 setara dengan sarjana akademik. Saya sebagai Anggota DPR RI Komisi X, sangat mensuport sekali apa yang dilakukan oleh Pak Nasir, Menristekdikti kita yang sejak 2016 fokus terhadap revitalisasi pendidikan vokasi dan kejuruan termasuk bagaimana upaya membangun image agar tak ragu melanjutkan pendidikan di politeknik, bahwa saat ini lulusan Politeknik D4 ditetarakan dengan sarjana, dan bisa menyandang gelar Sarjana Terapan," ujar Arzety dalam keterangan yang diterima Radarbangsa.com, Minggu 25 Februari 2018.

Menurut Arzety, banyaknya pengangguran itu disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan yang dibutuhkan dengan posisi lowongan kerja yang dibutuhkan. Apalagi saat ini perkembangan teknologi dan industri sangat pesat sekali. Maka yang dibutuhkan oleh lulusan mahasiswa saat ini adalah skill bukan hanya kemampuan akademik.

"Harus bena-benar ada sinkronisasi antara lulusan SMK dengan dunia kerja. Lulusan SMK harus dunia kerja artinya peserta didik diberikan modal keilmuan dan keterampil yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan kerja dan industri yang berkembang saat ini. link and match itu kata kuncinya," jelasnya.

"Data yang saya lihat dari rekapitulasi Dapodik 2017 (data pokok pendidikan nasional) jumlah siswa SMK sebanyak 4,63 juta siswa, jika dibagi per angkatan maka tiap tahunnya rata-rata 1,5 juta siswa lulusan SMK . Kemudian lulusan SMK tersebut bisa diserap oleh politeknik atau perguruan tinggi yang berbasis vokasi tentu ini kan sangat potensial menjadi angkatan kerja yang handal, produktif profesional dan mampu bersaing secara global," tambahnya. 

Tinggal bagaimana pemerintah, lanjut Arzety, lebih keras lagi membangun Politeknik yang sesuai dengan dunia industri dan berbasis potensi daerah. Indonesia sendiri hanya 5,4 % yang berbentuk perguruan tinggi vokasi/politeknik dari total 4.529 perguruan tinggi. Kemudian diperlukan juga perbaikan kurikulum, penyediaan dosen yang handal, sarana prasara praktek yang menunjang dan perpustakaan sehingga lulusan politeknik tidak sebatas bagus dalam penguasaan teori tetapi juga trampil sesuai dengan bidang yang ditekuni.

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri juga mengatakan kebutuhan tenaga kerja terampil di Indonesia mencapai 113 juta pada 2030 sedangkan jumlah yang dimiliki saat ini baru 57 juta orang.

Menaker menyebut selain kekurangan tenaga kerja terampil, persoalan lain adalah mayoritas angkatan kerja Indonesia masih didominasi lulusan SMA ke bawah dan juga adanya ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan latar belakang pendidikan. Maka sangat dibutuhkan lulusan dengan mendidikan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan kerja.

Tags : Reses , Arzety , PKB

Berita Terkait