Kiai Umaruddin Masdar Jelaskan Fadilah Ziarah Kubur

| Selasa, 19/02/2019 21:01 WIB
Kiai Umaruddin Masdar Jelaskan Fadilah Ziarah Kubur Kiai Umaruddin Masdar saat mengisi pengajian rutin di Masjid Nurul Huda, Ngoto, Sewon. (doc. densus 26 NU)

BANTUL, RADARBANGSA.COM- Umat Islam punya tradisi ziarah kubur menjelang bulan Ramadlan (akhir Sya`ban). Di Jawa Tengah tradisi ziarah kubur dikenal dengan arwahan, nyekar. Di Wilayah Jawa Timur banyak dikenal dengan sebutan Kosar/akosar, sementara di Sunda Jawa Barat dikenal dengan munggahan.

Koordinator Nasional (Koornas) Densus 26 Nahdlatul Ulama (NU), Kiai Umaruddin Masdar menjelaskan tentang Fadhlilah Ziarah Kubur.

"Ziarah kubur itu banyak Faidhahnya, selama diniatkan mengingat kematian," kata Kiai Umaruddin saat mengisi pengajian rutin di Masjid Nurul Huda, Ngoto, Sewon, Bantul, Selasa malam Rabu, 19 Februari 2019.

Sekwil DPW PKB D.I. Yogyakarta itu, juga mengatakan bawha ziarah kubur lebih utama jika dilakukan pada bulan sya`ban atau menjelang bulan puasa Ramadlan.

"Terlebih dilakukan di akhir bulan Sya`ban atau bulan terakhir menjelang bulan Ramadhan, karena hal itu menjadi modal kita menyambut bulan yang penuh berkah," jelasnya.

Kiai Umaruddin Masdar juga mengutip sabda Rasullah tetang keutamaan ziarah kubur.

"Hadits dari Buraidah ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda “Saya pernah melarang berziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang berziarahlah..! karena hal itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat," tutur kiai Umaruddin.

Demikianlah sebenarnya hukum dasar dibolehkannya ziarah kubur dengan illat (alasan) ‘tazdkiratul akhirah’ yaitu mengingatkan kita kepada akhirat. Oleh karena itu dibenarkan berziarah ke makam orang tua dan juga ke makam orang shalih dan para wali. Selama ziarah itu dapat mengingatkan kita kepada akhirat. Begitu pula ziarah ke makam para wali dan orang shaleh merupakan sebuah kebaikan yang dianjurkan.

Tags : Ziarah Kubur , Umaruddin Masdar , Yogyakarta

Berita Terkait