Majelis Taklim Se-Jabodetabek Dukung Jokowi-Ma`ruf Amin, Ini Pernyataan Sikapnya

| Senin, 08/04/2019 17:54 WIB
Majelis Taklim Se-Jabodetabek Dukung Jokowi-Ma`ruf Amin, Ini Pernyataan Sikapnya Penggalangan Pemilih Perempuan Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin, Ida Fauziyah.

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Halaqoh Majelis Taklim (HMT) menggelar Halaqoh Majelis Taklim se-Jabodetabek di Istora Senayan, Jakarta, Senin 8 April 2019. Acara ini mengangkat tema  ‘Majelis Taklim Bersholawat untuk Indonesia yang damai dan bersatu’.

Dalam pantauan radabangsa, acara tersebut dihadiri oleh Cawapres KH Ma’ruf Amin, Ketum DPP PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, Tuan Guru Bajang, Ketum PKPI Diaz Hendropriyono serta ribuan jemaah majelis taklim se-Jabodetabek.

Dalam rilis yang diterima radarbangsa.com, Pembina Halaqoh Majelis Taklim se-Jabodetabek, Ida Fauziyah mengatakan sudah saatnya kaum perempuan atau ibu-ibu majelis taklim memilih pasangan Capres-Cawapres dengan penuh keyakinan.

“Sebagai pembelajar di majlis taklim, kami belajar agar dalam memutuskan sesuatu selalu berpikir jernih, berhati bersih, dan  bertindak mengikuti manhaj manusia-manusia terpilih. Saat ini, waktu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden sebagai ulil amri tertinggi di Indonesia sudah sangat dekat, sehingga kami perlu memutuskan dan  menyatakan sikap,” kata Ida Fauziyah.

Berikut pernyataan sikap pertemuan Majelis Taklim se-Jabodetabek:

Pertama adalah semestinya kami yang sehari-hari belajar dan mengaji ilmu-ilmu dan hikmah-hikmah Islam menjatuhkan pilihan kepada calon Presiden dan Wakil Presiden yang  menjalani keseharian hidup beragama dan berbangsa tidak berbeda dengan kami (beribadah, mengaji, beramal, berkarya dan berbakti) yang sunnah dijalankan, yang wajib tidak pernah ditinggalkan.

Kedua, adalah hal yang wajib dipertanggungjawabkan secara moral dan agama, bahwa sebelum memilih seorang pemimpin, pemilih harus tahu dan paham akhlak dan karakter calon pemimpinnya, agamanya, rekam jejaknya, prestasinya, sejarah masa lalunya, serta keluarganya, karena semua itu menantukan perjalananan masa depan bangsa.

Ketiga, adalah wajar jika kami yang Ahlussunnah Wal Jamaah dan  telah menerima NKRI sebagai bentuk final bernegara tidak berada dalam satu barisan bersama mereka yang selama ini selalu membid’ahkan amalkan Aswaja dan mencaci para ulama pesantren, menjadikan masjid dan majlis-majlis agama sebagai tempat menyampaikan hinaan dan fitnah kepada yang berbeda, serta membawa ideologi yang akan mengganti NKRI.

Keempat, adalah tidak tepat kami yang terbiasa mengembangkan dakwah yang sejuk, ramah dan merangkul berada di barisan mereka yang sering garang mengatasnamakan pembela Islam tapi memilih Capres/Cawapres yang tidak punya tradisi & rekam jejak amaliyah dan keilmuan Islam.

Kelima, adalah jauh dari akhlak yang kami pelajari meraih tujuan dengan menghalalkan segala cara  Maka adalah wajar jika kami tidak bersama mereka para pemburu kuasa yang menjadikan hoaks, ujaran kebencian dan politisasi agama sebagai cara yang halal, bahkan  seolah-olah dikesankan bahwa hasrat berkuasa itu adalah suara Tuhan.

Keenam, adalah mustahil bagi kami mengabaikan petuah para ulama seperti Mbah Maemun Zubair (Sarang), Kiai Anwar Manshur (Lirboyo), Kiai Zainuddin Jazuli (Ploso), Kiai Nawawi A Jalil (Sidogiri), Kiai Adib (Buntet), Habib Luthfi bin Yahya (Pekalongan), Abuya KH Muhtadi Dimyathi (Banten), Buya Mas`oed Abidin (Sumbar), TG Turmudzi Badruddin (NTB), Buya Bagindo HM Leter,  dan ribuan  masyayikh, ulama, habaib, kyai, pengasuh pondok pesantren, pimpinan ormas2 Islam,  yang sudah berpuluh tahun bersama umat, membinanya, mengayominya dan menjadi panutan dalam kehidupan sehari-harinya.

Ketujuh, adalah tidak syukur nikmat  pembangunan yang merata di seluruh Indonesia, sumber-sumber korupsi yang dihentikan, aset-aset negara yang diselamatkan, program-program untuk rakyat kecil yang berkesinambungan,  prestasi-prestasi Indonesia yang diakui dunia internasional, yang kesemuanya terjadi-atas izin Allah- dalam waktu yang singkat dianggap tidak ada dan pencitraan belaka. Kami berketetapan pembangunan dan kebijakan yang nyata bermanfaat untuk rakyat dan memajukan bangsa ini tidak boleh berhenti, harus dilanjutkan dan dituntaskan.

Kedelapan, salah jika dikatakan bahwa kehidupan beragama dan berbangsa kami yang baik-baik saja, bahkan saat ini negeri kami menjadi contoh harmoni dalam perbedaan dan menjadi negara mayoritas muslim yang demokratis dan berkeadaban, dikatakan sebaliknya, bahwa negeri ini berada dalam ancaman dan ditakut-takuti diambang kepunahan, padahal kami menjadi saksi negeri ini berdaulat dan lebih bermartabat serta sedang berjalan dan menatap harapan yang masa depan yang gemilang.

Kesembilan, ajaran Ahlussunnah wal Jamaah bahwa menjaga yang ada dan kemaslahatannya sudah terbukti jauh lebih baik daripada mencoba yang baru yang belum ada bukti. Apalagi jika hal itu menyangkut kemaslahatan yang sangat luas di negara yang sangat besar dengan penduduk sangat banyak dan beragam.

Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, dengan mengucapkan Bismillah Tawakkaltu `Alallah kami berketetapan hati memilih berada di barisan 01.

Tags : TKN , Jokowi , Maruf Amin , Cak Imin ,

Berita Terkait