Dibalik Dukungan Masyarakat Adat Kalbar, Cak Imin Terngiang Dasuki & Hiu Bersaudara

| Kamis, 02/11/2017 13:08 WIB
Dibalik Dukungan Masyarakat Adat Kalbar, Cak Imin Terngiang Dasuki & Hiu Bersaudara Cak Imin dan istri, berbincang dengan Dasuki dan keluarganya. Dirumah transmigran Sanggau asal Kendal inilah, Cak Imin dan istri menginap (dokumentasi @a.muhaimin.iskandar)

ANTUSIASME masyarakat adat Kalimantan Barat (Kalbar) mendukung Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar untuk maju para Pilpres 2019 membuat pria yang akrab disapa Cak Imin itu terngiang masa lalu.

Melalui laman instagram pribadinya, a.muhaimin.iskandar, Cak Imin mengisahkan sebuah kenangan bersama warga Sanggau, Kalimantan Barat. Warga tersebut bernama Dasuki. Dirumah Dasuki inilah Cak Imin yang kala itu menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi menginap pada April 2012.

“Melihat semangat masyarakat Kalbar. Ada beberapa hal yang tidak bisa saya lupakan. Pertama waktu saya numpang menginap di rumah Pak Dasuki di daerah Sanggau. Beliau masih ingat saya ndak ya?” tulis Cak Imin, 2 November 2017.

Kunjungannya ke Sanggau saat itu adalah untuk melihat secara langsung jalannya program transmigrasi yang telah dimulai sejak tahun 1980an. Bagi Cak Imin, efektif atau tidaknya sebuah program yang diterapkan dan dijalankan oleh sebuah institusi tak hanya dipastikan dengan mendengar laporan saja, namun harus langsung terjun kelapangan.

Saat itu, Cak Imin yang didampingi sang istri, Rustini Murtadho, langsung menghadiri beberapa kegiatan yang terkait dengan Kementerian dan juga kegiatan PKB. Setelah berbagai acara telah usai baru pukul 16.00 WIB, Cak Imin dan rombongan dari Kemenakertrans menuju Kabupaten Sanggau yang memiliki jarak tempuh waktu kurang lebih 5 jam dari kota Pontianak.

Untuk diketahui, Desa Suka Mulya Kabupaten Sanggau, merupakan salah satu wilayah transmigrasi yang didirikan sejak tahun 1980, hingga saat ini penduduk yang tercatat terdiri dari 707 Kepala Keluarga (KK) dan 2.713 jiwa.

Tepat pada pukul 21.30 WIB, Cak Imin dan rombongan pun tiba di Kabupaten Sanggau yang langsung disambut oleh Bupati Sanggau, Satimen H Sudin dan beberapa pejabat daerah lainnya. Selang beberapa waktu, Cak Imin dan rombongan pun langsung diajak menuju ke rumah salah satu warga yang memang telah disiapkan oleh panitia untuk makan malam rombongan.

Ditempat yang sederhana tersebut, Cak Imin nampak terlihat sangat menikmati, namun tak berselang lama, Cak Imin yang murah senyum ini pun langsung diajak menuju kediaman Dasuki, salah satu transmigran asal Kendal. Kediaman Dasuki ini menjadi tempat rujukan Cak Imin untuk menginap.

Berbalut kesederhanaan dan keakraban ala santri, Cak Imin dan rombonganpun menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan anggota keluarga Dasuki dan juga warga sekitar.

“Bapak asalnya dari mana?” tanya Cak Imin dengan menggunakan bahasa Jawa halus kepada Dasuki. Dasuki pun menjawab “Saya aslinya dari Kendal, Pak,” jawab Dasuki.

Dalam suasana yang penuh keakraban tersebut, Dasuki mulai menceritakan bagaimana ia pertama kali datang ke Sanggau dengan menggunakan kapal laut dari Semarang menuju Pontianak dan dilanjutkan dengan menggunakan bus untuk menuju Sanggau.

“Dulu di wilayah ini masih penuh dengan ilalang dan kebun untuk menanam macam-macam. Bahkan, bangunan rumah saya ini dulu hanya dibangun dengan kayu-kayu,” ujar Dasuki.

Kisah pertama kali Dasuki ke Sanggau pun juga turut ditanggapi oleh Bupati Sanggau, Satimen H Sudin. Menurut Satimen, saat itu para transmigran yang datang ke Sanggau diberikan jaminan hidup selama beberapa tahun. Hingga para transmigran mampu untuk mengelola lahannya untuk bercocok tanam yang nantinya hasil dari semua itu dapat dijual guna pendapatannya.

“Namun sayangnya, sangat sulit akses transportasi dari kebun ke tempat penjualan. Maka tak jarang hasil kebun tidak dipanen karena tidak ada alat transportasi yang bisa mengangkut,” tambah Satimen.

Satimen juga mengeluhkan terkait dengan akses transportasi yang hingga kini dinilainya masih sangat memprihatinkan. Ia menambahkan, walau dapat dibilang lebih baik dibandingkan dengan kabupaten lainnya namun dapat dibilang belum maksimal.

“Akses trans Kalimantan dan kondisi jalannya memang belum maksimal. Bahkan, aspalnya juga sangat terbatas sehingga kualitasnya jauh dari layak,” keluh Satimen.

Mendengar keluhan dari Bupati Sanggau tersebut, secara spontan Cak Imin berujar dengan candanya, yang lantas disambut dengan tawa dari seluruh warga. “Ya memang, jalanan trans paling bagus hanya trans Jakarta,” celotehnya.

Diakui oleh Cak Imin, bahwa program transmigrasi yang dijalankan pemerintah sejak puluhan tahun yang lalu memang merupakan sebuah program yang dapat dibilang nekat.

“Mengapa kita bilang nekat? Karena sudah anggarannya terbatas, fasilitasnya apa adanya, tapi pemerintah berani membuka lahan yang akhirnya jadi berkembang seperti saat ini. Ini lumayan sekali,” ujar Cak Imin.

Setelah menyempatkan untuk berbincang-bincang dan berguaru bersama warga selama beberapa jam, Cak Imin pun akhirnya pamit istirahat. Tentu bukan ke Hotel, Cak Imin dan Rustini kala itu langsung diarahkan Sukesi, istri Dasuki, ke sebuah kamar yang tak lain adalah kamar Dasuki-Sukesi.

“Maaf ya Pak, Bu,..kamarnya adanya seperti ini,” tutur Sukesi. “Tidak apa-apa ibu. Terima kasih,” lanjut Rustini.

Pada keesokan harinya, Cak Imin yang mengenakan polo shirt hitam bergaris putih dan celana training yang didampingi oleh sang istri yang juga menggunakan pakaian yang senada, melakukan jalan kaki mengelilingi desa dengan diringi oleh rombongan.

Hingga akhirnya Cak Imin mengunjungi salah satu sekolah yang ada di Desa Suka Mulya. Dan disekolah itu pula Cak Imin menyempatkan untuk bertegur sapa dan memberikan nasihat kepada para siswa dan siswi yang tengah berkumpul dan berbaris di lapangan.

“Kamu kelas berapa?” tanya Cak Imin kepada salah seorang siswi. “Kelas 6” jawab siswi tersebut. “Wah, berarti sebentar lagi masuk SMP ya? Kamu belajar yang tekun ya. Kamu mengaji juga nggak? Jangan lupa mengaji juga ya,” imbuh Cak Imin.

Seusainya berkeliling desa dan menyapa para siswa dan siswi tersebut, Cak Imin pun kembali ke kediaman Dasuki guna melakukan persiapan untuk menghadiri beberapa acara lainnya dan kemudian kembali ke Kota Pontianak.

Sebelum bertolak ke Kota Pontianak Cak Imin mengungkapkan pengalamannya di Kabupaten Sanggau, ia pun sangat berkesan sekali, baik dari keramahan warga hingga perjuangan mereka saat pertama kali berada di wilayah transmigrasi.

“Alhamdulillah, saya tadi malam bisa menginap di sini. Keramahan mereka sunggu luar biasa, kami juga bisa ikut merasakan bagaimana dulu pahitnya mereka yang hanya tinggal di sebuah rumah yang hanya disusun dari kayu-kayu bulat. Tapi sekarang sudah bisa membangun rumah sebagus ini. Saya ikut senang dan bersyukur,” jelas Cak Imin saat itu.

Diakui oleh Cak Imin, bahwa apa yang dilakukannya ini bukanlah yang pertama kali, dirinya juga pernah menginap atau mengunjungi rumah warga transmigran di wilayah Sumatera sebelumnya.

“Saya sudah beberapa kali. Ini bukan yang pertama. Dulu pernah di Sumatera. Sama juga seperti ini, mengunjungi warga dan meninjau perkembangan wilayah transmigrasi,” imbuhnya.

Selain teringat keluarga Dasuki di Sanggau, Cak Imin juga teringat dengan Hiu bersaudara asal Siantan, Pontianak. Yang dimaksud Cak Imin adalah Frans Hiu dan Dharry Frully, dua pemuda yang bekerja sebagai penjaga warung game playstation milik Hooi Teong Sim ini dituduh membunuh Khartic Rajah warga Malaysia yang bermaksud merampok tempat permainan yang dijaga keduanya.

Pengadilan tingkat pertama dan pengadilan tinggi Malaysia menjatuhkan hukuman gantung sampai mati kepada Hiu bersaudara atas dakwaan pembunuhan, walaupun kenyataannya keduanya hanya mencoba membela diri dari aksi perampokan dan penyerangan yang dilakukan Khartic Rajah.

“Yang kedua, waktu saya bantu koordinasikan kasus Hiu bersaudara. Alhamdulillah mereka berhasil lepas dari hukuman mati di Malaysia. Sebetulnya kasusnya karena pertahanan diri. Toko tempat mereka kerja dimasuki maling. Dan mereka bertahan tapi menyebabkan nyawa malingnya melayang. Berkat koordinasi pemerintah yang baik dengan Malaysia, dua warga negara kita bisa bebas,” tulis Cak Imin.

Tags : Cak Imin , NOW itu Cak Imin , PKB

Berita Terkait