Pemimpin Masa Depan Itu Bernama Abdul Muhaimin Iskandar (AMI)

| Sabtu, 18/11/2017 15:25 WIB
Pemimpin Masa Depan Itu Bernama Abdul Muhaimin Iskandar (AMI) Abdul Muhaimin Iskandar (Ist)

PERGELARAN politik menuju pilpres 2019 telah dimulai. Geliat komunikasi dan konsolidasi politik dari para tokoh dan pimpinan-pimpinan partai politik sangat intens dilakukan. Selain Prabowo, belum ada satu pun tokoh yang berani mendeklarasikan diri untuk maju menjadi capres melawan Jokowi. Posisi Jokowi sebagai petahana dianggap masih cukup kuat dan berpeluang menang, apalagi kalau disokong oleh Cawapres yang mumpuni dan memiliki basis ideologis yang mengakar di masyarakat.

Kalau kita membaca dinamika politik beberapa bulan terakhir ini, lebih banyak figur yang bermanuver untuk menjadi Cawapresnya Jokowi ketimbang memilih untuk menjadi Capres. Situasi ini sangat logis dipahami karena Jokowi memiliki tingkat elektabilitas yang sangat tinggi dibandingkan figur lainnya, termasuk rival abadinya, Prabowo Subianto.

Tapi situasi ini bisa saja berubah kalau komposisi pasangan Cawapres yang diusung tidak memiliki pendukung dan basis masa yang kuat di akar rumput (grassroot). Artinya, Jokowi maupun Prabowo masih sama-sama memiliki peluang kalau disandingkan dengan pasangan Cawapres yang memiliki componen politik dan pendukung yang terstruktur rapi dan terkonsolidasi secara ideologis di basis massa.

Diantara sejumlah nama yang digadang-gadang akan menjadi figur Cawapres, nama Abdul Muhaimin Iskandar sangat santer dibicarakan, ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa ini dianggap sebagai figur Cawapres paling potensial untuk dipaketkan dengan Capres manapun. Selain memiliki infrastruktur politik (PKB), Cak Imin, sapaan akrab Abdul Muhaimin Iskandar ini juga dianggap sebagai tokoh muda Nahdatul Ulama (NU) yang karirnya sangat cemerlang dalam dunia politik.

Sukses memimpin PMII pada tahun 1994-1997, Cak Imin masuk dalam dunia politik dengan terlibat langsung dalam proses kelahiran Partai Kebangkitan Bangsa. Di partai inilah, banyak prestasi mentereng diukir olehnya. Di fase  awal pembentukan PKB, Cak Imin dipilih menjadi Sekretaris Jenderal mendampingi pamannya, Gusdur yang pada saat itu diberikan amanah sebagai ketua umum pertama Partai Kebangkitan Bangsa.

Tidak hanya menjabat sebagai sekjen partai, Cak Imin juga terpilih sebagai anggota DPR RI temuda dan memiliki posisi sangat strategis di DPR RI, yakni sebagai wakil ketua DPR. Ini adalah posisi cukup prestisius di DPR, apalagi pada saat itu, usia Cak Imin masih relatif sangat muda. Periode berikutnya, 2004-2009, Cak Imin terpilih kembali menjadi Anggota DPR RI dan masih tetap menduduki posisi yang sama pula, sebagai wakil ketua DPR RI.

Di internal partai, Cak Imin didapuk sebagai ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa pada tahun 2005 menggantikan Gusdur, posisi strategis ini semakin memberikan keleluasaan bagi Cak Imin untuk membangun komunikasi yang lebih masif lagi untuk memastikan kepentingan elektoral partai aman pada pileg dan pilpres 2009. Hasilnya, PKB mengambil bagian dalam proses pemenangan SBY dan memastikan dua pos menteri bagi PKB, pos menteri itu dijabat oleh Cak Imin (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) dan Helmy Faizal Faizal (Menteri Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal).

Keberhasilan Cak Imin dalam menahkodai Partai Kebangkitan Bangsa telah membuat partai besutan almarhum Abdurahman Wahid itu selalu aman dalam setiap perhelatan pilpres di tanah air, yang paling mutakhir adalah kemenangan pasangan Jokowi-JK dalam pilpres 2014. Kemenangan pasangan ini tak terlepas dari konstribusi besar PKB dan kekuatan NU sebagai basis ideologis PKB. Itulah sebabnya kenapa, Jokowi menghadiahi empat porsi menteri buat kader-kader PKB.

Sebuah pencapaian politik yang sangat gemilang, ditangannyalah PKB menjadi salah satu kekuatan partai yang diperhitungkan dalam peta politik nasional. PKB dibawah kepemimpinan Cak Imin telah menghadirkan wajah baru yang inklusif, modernis serta kuat dan mengakar di masyarakat. Kepiawaian Cak Imin dalam membangun komunikasi politik dengan sederet prestasi yang sudah ia torehkan bersama PKB semakin memperkuat presepsi publik bahwa Cak Imin memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk menjadi pemimpin bangsa masa depan.

Sebagai kader ideologis dan biologis NU, Cak Imin adalah figur yang tepat untuk merepresentasi kepentingan warga NU. Sebagai Organisasi masa terbesar dengan jumlah pengikut hampir 100 juta orang, NU tidak lagi harus menjadi penonton dan memilih untuk menjadi voters semata, tapi lebih dari itu, NU harus mengambil bagian dalam siklus kekuasaan nasional dengan mendorong kader terbaiknya, karena dengan begitu, kepentingan dan cita-cita NU untuk menjadikan negara ini sebagai negara yang inklusif, toleran dan mewujudkan Islam nusantara sebagai basis pembangunan umat yang rahmatan lilalamin bisa terlaksana.

Secara politik, kalau kita menakar politik nasional saat ini, standing politik Cak Imin terlihat sangat strategis. Cak Imin menjadi katalisator dan penentu kemenangan bagi Capres siapa saja yang mau menjadikannya sebagai Cawapres. Ketokohan yang menonjol dalam diri Cak Imin telah menjadikan dirinya sebagai tokoh sentral warga nahdliyyin, suara-suara dukungan  yang mengalir dari berbagai kantong NU di tanah air kepada Cak Imin, menandakan kalau Cak Imin telah didapuk sebagai episentrum kepentingan politik masyarakat NU.

Selain dukungan ideologis yang kokoh dari warga nahdliyyin, Cak Imin juga mendapatkan dukungan dari segmentasi pemilih muda. Diskursus soal pemimpin muda masa depan sebagai regenerasi kepemimpinan nasional ternyata mendapat tempat dihati para pemilih muda, terutama mereka yang masuk dalam kategori generasi milenial. Dalam perspektif generasi muda, Cak Imin adalah figur muda yang sangat mumpuni untuk mewakili ekspektasi politik mereka.

Secara matematis, jumlah pemilih muda sangat  besar, dan hampir menguasai saham pemilih di Indonesia. Keberadaan pemilih muda bisa menjadi kekuatan besar buat Cak Imin, apalagi kalau kekuatan besar itu dikolaborasi dengan pemilih ideologis Cak Imin (Warga Nahdliyyin), maka sudah bisa dipastikan, Cak Imin adalah kutub politik paling strategis untuk para Capres, dengan political capital yang sangat besar ini, semakin membuat posisi Cak Imin menjadi seksi untuk direbutkan oleh Jokowi maupun Prabowo. Artinya, peta pilpres 2019 sangat bergantung pada sikap dan keberpihakan politik dari Abdul Muhaimin Iskandar.

 

Al Ghazali Musa’ad

Ketua Umum Pengurus Besar Anak Muda Indonesia (AMI)

Tags : Cak Imin , Now Itu Cak Imin

Berita Terkait