Entrepreneurship Cak Imin dan Spirit Mbah Hasyim

| Senin, 08/01/2018 16:02 WIB
Entrepreneurship Cak Imin dan Spirit Mbah Hasyim Cak Imin saat berada di Kafe samping Kantor DPP PKB, Jln Raden Saleh No 9 Jakarta (foto: Dok PKB)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Penulis tak jarang ke kantor DPP PKB dan beberapa bulan terakhir ini saksikan ada aktifitas proses pembangunan sebuah gedung, meski sempat bertanya-tanya pada diri sendiri terkait fungsi bangunan yang tengah diselesaikan, belakangan ternyata bangunan itu adalah sebuah kafe.

Pertanyaan tadi akhirnya terjawab, Tanggal 4 Januari 2018 lalu penulis dapati postingan di akun media sosial DR. (HC). H. Muhaimin Iskandar, M.Si (cakiminNOW) baik di Fanpage Facebook, Twitter dan Intagram tentang tes menu di sebuah kafe, persis samping kantor DPP PKB dibilangan Jalan Raden Saleh No. 9 Jakarta Pusat itu.

Meski postingan itu bertajuk tes menu pada sebuah kafe yang belum diberi nama tersebut, penulis merasa riang tak kepalang. Sebagai kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tentu terbawa keren karena persis di samping kantor partainya terdapat bangunan kafe dengan arsitektur tak kalah keren yang tak dimiliki partai lain.

Yang lebih bangga, belakangan diketahui bahwa bangunan kafe itu mewujud atas inisiasi Cak Imin. Rupanya beliau miliki obsesi kuat ingin merubah image kantor partai yang cenderung formal dan “birokratis” menjadi lebih santai, cair dan akrab dengan keberadaan kafe disampingnya.

Bukan tanpa alasan tentunya, selain sebagai politisi representasi kaum muda ternyata kafe itu buah dari passion (kecintaan) Cak Imin terhadap aktifitas enterpreneur yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan wiraswasta yang kemudian istilah itu lebih populer dengan sebutan wirausaha.

Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian wirausaha sama dengan wiraswasta, yaitu orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur mengatur permodalan operasinya.

Tak berlebihan tentunya bila Cak Imin kemudian disebut sebagai enterpreuner. Semangat inilah yang saat ini digandrungi kaum muda kita. Seperti yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa jumlah wirausaha di Indonesia meningkat 3,10 persen‎. Sebelumnya 1,67 persen dari total penduduk 225 juta penduduk tahun 2017.

Rupanya Cak Imin sangat peka dengan sinyalemen fenomena “bonus demografi” yang dialami bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Di mana bangsa Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk usia produktif yang sangat signifikan. Sebagai top leader di PKB, beliau memiliki tanggungjawab moral mendayagunakan penduduk usia produktif melalui soko wirausaha. Jalan ini diambil sebagai ikhtiar menolak “mafasid” (keruksakan) akibat miskelola bonus demografi tadi.

Membangun kafe disebelah kantor DPP PKB dan dikelola secara profesional boleh jadi sebagai “ragi” bagi pengurus PKB dis emua level untuk melakukan hal yang sama seperti yang Cak Imin lakukan. Paling tidak, menggeser citra aktivis partai yang semula selalu andalkan proposal menjadi survive dengan berwirausaha.

Gugah Spirit Mbah Hasyim

Konon, saat asuh Pesantren Tebuireng, KH Hasyim Asy’ari (Mbah Hasyim), beliau meliburkan kegiatan mengaji pada hari Selasa karena memiliki usaha di berbagai tempat. Sebuah gambaran bahwa Hadratus Syaikh juga memiliki perhatian pada ekonomi.

Beliau miliki obsesi besar supaya pesantren i’timad ‘alan nafsi (mandiri dan percaya diri). Kemandirian ini penting supaya pesantren tidak mudah ditundukkan pihak lain, karena ia tidak bergantung kepada siapapun.

Alasan lainnya, bila kiayi secara individu dan pesantren secara institusi bergantung ke pihak lain besar kemungkinan tidak akan mempunyai kemerdekaan sendiri, sama saja dengan memberikan peluang kepada orang lain untuk mengkooptasi.

Beliau miliki semangat ruhul jihad yang melekat dalam setiap langkah perjuangan demi kepentingan masyarakat tentu merasa risi bila kiayi dan pesantren tak mandiri. Karena dengan bergantung kepada lain, pada saat yang sama berarti menggadaikan kemerdekaan, harga diri bahkanmuru’ahnya.

Karena jiwa enrepreneurship (kewirausahaan) itulah disamping mengajar, beliau juga seorang petani yang punya berhektar sawah dan juga seorang pedagang. Berharap kelak santrinya tak hanya berobsesi menjadi takmir mesjid, guru agama, lebih dari itu menjadi pengusaha. Karenanya Nahdlatul Ulama (NU) beliau dirikan diantara pilarnya adalah Nahdlatu Tujjar, penguatan jelaring pengusaha.

Hal ini sangat kontras dengan apa yang dilakukan Cak Imin dengan menginisiasi kegiatan bisnis melalui kafe di sebelah kantor DPP PKB. Antara Mbah Hasyim dan Cak Imin memiliki spirit yang sama dalam berjuang, yakni memanage masalah menjadi maslahah dengan entrepener sebagai basisnya.

Baginya berpolitik itu ibadah karena jalankah titah suci menebar manfaat dan maslahat bagi semesta dan seisinya tanpa terkecuali. Harapan besar beliau kepada seluruh kader supaya PKB dijadikan ladang amal untuk memanen keberkahan. Jadi, berpolitik itu tak melulu berorientasi “kekuasaan”.

Layaknya spirit Mbah Hasyim, Cak Imin sadar betul bahwa bergantung pada orang lain tanpa miliki kemandirian akan gerogoti idealisme, daya nalar dan gerak aktifis PKB. Tak heran bila sesekali didapati oknum kader yang cenderung pragmatis.

Dalam beberapa referensi, dikisahkan Mbah Hasyim senantiasa tanamkan virus survive dan kemandirian kepada para satri ditengah keterbatasan dimasa penjajahan jepang. Meski sedang dijajah bangsa lain, beliau gigih beri uswah kepada santri dengan bertani dan berdagang.

Atas dasar itulah, keteladanan beliau terhadap santri diterapkan kala mendirikan organisasi sosial keagamaan bernama NU. Tak heran bila hasil “tirakatnya” menjadikan NU sebagai organisasi yang mandiri dan disegani hingga kini.

Kepeloporan Mbah Hasyim itulah yang diadopsi Cak Imin untuk membangun kemandirian kader, meskipun melalui partai politik. Suka tidak suka, melalui PKB Cak Imin telah melahirkan citra kaum Nahdliyin sebagai konstituen PKB bergeser menjadi kaum menengah.

Mbah Hasyim dan Cak Imin tentu berobesi menjadikan kaum Nahdliyin miliki muru’ah dimata dunia sebagai refesentasi pengamal ajalan Islam rahmatan lil ‘alamin.Kekayaan intelektual kiayi NU harus ditopang dengan kekuatan ekonomi muharrik (penggerak) dan jama’ahnya.

 

Politikpreneur

Sangat jelas disebutkan dalam anggaran dasar PKB pasal 8 tentang usaha-usaha dalam bidang ekonomi, bunyinya: menegakkan dan mengembangkan kehidupan ekonomi kerakyatan yang adil dan demokratis.

Konteks inilah yang sedang di-brekadown Cak Imin menjadi salah satu kegiatan berpartai, yakni berwirausaha sehingga merubah wajah partai dari citranya yang muram menjadi lebih dipenuhi senyuman dalam membangun negara. Inilah yang disebut dengan istilah Politikpreneur

Dalam pidato politik pada acara Akpolbang dan Penyerahan Mandat PKB kepada Calon Kepala Daerah tanggal 5 Januari lalu yang penulis saksikan melalui live streaming Facebook DPP PKB dengan berapi-api beliau sampaikan beberapa poin penting.

Poin-poin yang terekam penulis diantaranya: Pertama, Cak Imin menginstruksikan mandat politik bagi calon kepala daerah untuk melaksanakan jabatannya dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat. politik PKB adalah yang politik rahmatan lilalamin, politik kasih sayang bagi alam semesta, serta politik yang memiliki hubungan tanggung jawab pada Tuhan, manusia dan alam.

Pilar-pilar itu harus dirawat keseimbangan hubungannya sehingga berdampak positif pada kondisi ekonomi yang terus membaik, masyarakatnya sejahtera, kebahagiaan masyarakat menjadi prioritas.

Kedua, para calon harus memiliki jiwa mengayomi dan melayani yang implementasinya mesti dibuktikan di masyarakat. Pada saat yang sama beliau menekankan pada hal kesenjangan ekonomi. Belaiu berharap para calon serius meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat.

Dari kutipan pidato itu, penulis kira Cak Imin sedang inginmematerialkan pergumulan batinnya membantu pemerintah atas keberpihakan beliau sebagai ketua umum dan PKB secara institusi untuk senantiasa hadir membantu lahirnya wirausahawan baru ditengah masyarakat sebagaimana diamanatkan AD/ART PKB bidang ekonomi tadi.

Sebagai orang yang dididik wirausaha oleh orang tua sejak usia SD dan sebagai kader PKB, penulis sungguh bangga miliki pemimpin yang mengispirasi dan tebar spirit wirausaha. Selaras dengan spirit wirausaha yang dijalankan penulis sejak tahun 2010 pada sebuat kios di Pasar Singaparna Tasikmalaya dan kala itu sudah menjadi pengurus DPC PKB.

Pesan moral yang ingin disampiakan Cak Imin dan penulis tangkap, tidak haram bagi anggota dan pengurus PKB disemua level untuk menjadi pelaku wirausaha (entrepreuneur) disamping beraktifitasnya di partai sebagai “politisi”.

Men-support kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan wirausaha adalah salah satu ikhtiar hindari efek negatif bonus demografi yang melahirkan kesenjangan ekonomi akibat keterbatasan lapangan pekerjaan. Menjadi entrepreneur adalah keniscayaan.

Betapa tidak, dengan perkembangan teknologi akhir-akhir ini memberi peluang kepada siapapun untuk melakukan wirausaha dibidang apapun secara virtual. Tak ayal bila penulis menjadi owner @ghaitsa.kids.shop yang menjual pakaian anak dengan cara online.

Bila jeli memanfaatkan media sosial, semua kader dan pengurus PKB berpeluang menjadi entrepreneur baru dan berkontribusi pada peningkatan ekonomi negara. Politisi yang entrepeneur, keren kan! Wallahu’alam bishowab

Penulis Usep Saeful Kamal, Tenaga Ahli Anggota FPKB DPR RI, Anggota Divisi di LPP DPP PKB, Entrepreneur

Tags : Cak Imin ,

Berita Terkait