Wacana Poros Islam Harapan Umat, Bukan Gertak Sambal ala Parpol

| Minggu, 11/03/2018 19:12 WIB
Wacana Poros Islam Harapan Umat, Bukan Gertak Sambal ala Parpol Ilustrasi.

RADARBANGSA.COM - Tidaklah menjadi sesuatu yang berlebihan jika penduduk dengan mayoritas muslim menghendaki pemimpinnya berasal dari pemimpin muslim taat yang memiliki pengetahuan keislaman yang cukup.

Tidak perlu meragukan rasa cinta para muslim akan negara dan bangsa ini, karna dalam ajaran agamanya rasa cinta pada tanah air dan bangsa adalah sebagian dari iman, yang di ajarkan dan di pegang teguh oleh para pengikutnya. Perjalanan sejarah bangsa ini telah membuktikan bagaimana para ulama, Kiyai, habaib, dan para Santri-satri berjuang, bahu membahu, berkorban harta, darah, air mata hingga nyawa melawan penjajahan bangsa asing agar kemerdekaan bisa di raih.

Tidak perlu meragukan pemimpin muslim ta’at dalam mengurusi keanekaragaman yang ada di tengah bangsa. Karna dalam ajaran Islam toleransi juga bagian dari bukti keimanan pada ajaran kitab suci. Sebagaimana salah satu ayat dalam kitab suci Al-Qur’an yang kurang lebih terjemahannya “ untukmu agamamu dan utukku agamaku “

Giroh umat akan lahirnya partai poros Islam bukan gertak sambal ala parpol seperti yang di sampaikan oleh salah satu pengamat politik Ray Rangkuti dalam pemberitaan media, bukan bagian dari cara meningkatkan posisi tawar agar di ambil menjadi pendamping presiden. Tapi dorongan poros Islam ini lahir dari harapan besar ummat untuk hadir nya pemimpin muslim ta’at yang mampu memberikan rasa keadilan pada ummat, agar kesejahteraan itu bukan hanya jadi impian para ummat muslim namun bisa hadir sebagai realita.

Menjadi Mayoritas namun rasa minoritas itu sepertinya hanya terjadi pada kaum muslim di Indonesia. Begitu sulitnya akses perbankan bagi para muslim untuk bisa membangun dan menggembangkan usaha, begitu tingginya tekanan hidup yang harus di hadapi para muslim karna situasi hidup yang sulit tanpa solusi. Kesenjangan sosial yang tinggi, akhirnya melahirkan banyak kemarahan yang bertumpuk, lalu di wariskan pada generasi berikutnya yang pada akhirnya memunculkan gerakan radikal. Ini ibarat lingkaran setan yang harus bisa di putus mata rantainya.

Tidak diperlukan tambahan tekanan lagi atas situasi yang sedang di hadapi ummat saat ini. Situasi ekonomi yang sulit, lapangan pekerjaan yang semakin kompetitif karna banyaknya kompetitor tenaga kerja asing, banyak para ulama yang di serang, banyaknya para ulama yang menghadapi kasus hukum yang berlarut-larut, ini menambah daftar list yang menjadi alasan begitu kuatnya giroh ummat untuk mendorong terbentuknya poros Islam.

Jika pun pada akhirnya poros Islam dapat terbentuk, bukan berarti kemudian akan mendiskriminasi ummat di luar Islam. Namun giroh ummat yang sedemikian besar saat ini, yang menghendaki lahir dan hadirnya pemimpin muslim ta’at serta memiliki pengetahuan keislaman cukup, itu juga perlu di apresiasi, perlu untuk di dengarkan. Karna jika parpol yang merupakan alat perjuangan ummat menolak mendengarkan harapan ummat, maka pada siapa ummat ini harus menyampaikan harapan dan keluhan-keluhan mereka, akan segala kegelisahan dan kemarahan mereka atas situasi-situasi sulit yang mereka hadapi dalam hidup di negara yang sama-sama kita cintai ini, Karna pengabaian akan harapan-harapan ummat akan membuat parpol di tinggalkan.

Wacana Poros Islam bagian dari cara PKB mendengarkan harapan-harapan ummat, mengapresiasi dan menghargai. Jika pun pada akhirnya poros Islam hanya berhenti pada sebatas wacana, dan tidak bisa benar-benar terbentuk tapi setidaknya PKB telah berupaya menyuarakan harapan-harapan ummat.

Dini Hari, di 11 Maret 2018

Damailah dan Jayalah Bangsaku...
Sejahteralah Rakyatnya..

Oleh: Noura Fadhilah

Tags : PKB , Poros Islam , Santri