Operasi Tangan Kekuasaan Belah Kekuatan NU Melalui “Mulut” PSI

| Senin, 26/03/2018 09:19 WIB
Operasi Tangan Kekuasaan Belah Kekuatan NU Melalui “Mulut” PSI Presentasi Ketum PSI soal kabinet dan calon menteri era 2019-2024 (foto: breakingnewscoid)

RADARBANGSA.COM - Menarik mengamati tingkat kepercayaan diri sebuah partai baru, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang belum pernah ikut pemilu, namun dengan sangat percaya diri menyorongkan 12 nama wakil presiden, dan membuatkan daftar nama menteri kabinet tahun  2019-2024. Seakan-akan pemilu bisa dimenangkan sendirian tanpa harus berkompromi dengan partai-partai lain dan kelompok-kelompok lain.

Kepercayaan diri PSI ini tentunya tidak hadir sekonyong-konyong, namun pastilah karena mendapatkan angin sejuk dari rezim yang tengah berkuasa. Bahkan mendapatkan tips khusus dari presiden Jokowi untuk menghadapi pemilu menurut mereka. PSI diberikan karpet merah dan diterima di istana sebagai fakta yang tidak terbantahkan.

Kelakuan PSI yang over confident ini kemudian menimbulkan beragam pertanyaan dalam kepala saya. Jangan-jangan PSI sekarang telah mejadi humas dari rezim pemerintahan presiden Jokowi. Sehingga belum pemilu saja, nama calon-calon menteri sudah dibuat dan dikeluarkan melalui “mulut” PSI, untuk melihat bagaiman reaksi public. Hebat dan begitu luar biasa PSI dalam mendapatkan kepercayaan rezim pemerintahan presiden Jokowi. Padahal PDI-P saja tidak mendapatkan kepercayaan sebesar itu.

Jangan-jangan, bisa jadi pernyataan yang berseliweran yang entah dari mana asalnya, namun saya pernah membaca dan mendengarnya yang juga entah dimana, bahwa PSI adalah Tim Hore sekaligus buzzer presiden Jokowi itu benar adanya. Lalu imajinasi saya berkembang semakin liar mencoba menganalisa lebih jauh, dan berusaha memahami apa yang tidak tampak di balik yang tampak yang disampaikan melalui mulut ANAK-ANAK PSI.

Dari 12 nama yang di munculkan PSI dan dinilai layak oleh PSI untuk mendampingi presiden Jokowi sebagai wakil presiden ada dua nama tokoh NU yaitu KH Said Aqil Siroj dan Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut yang dimunculkan. Nampak pula nama mantan Ketua MK, Prof Mahfud Md. Ini menjadi sangat menarik dalam pandangan saya.

Mengapa menarik, bukankah partai PSI diisi oleh kawan-kawan muda yang seharusnya melek media, pemberitaan dukungan Gus Yaqut dan ansor pada Ketum PKB yaitu Muhaimin Iskandar alias Cak Imin disampaikan secara resmi di kantor DPP PKB. Dan dukungan Gus Yaqut dan Ansor itu diliput oleh banyak media. Begitu pun dengan Kiai Said yang telah menyatakan memberikan dukungan pada Cak Imin,.

Biar saya kutipkan isi pernyataan Kiai Said yang saya ambil apa adanya dari salah satu media online yang bisa banyak bertebaran di Google.

 “Kalau saya pribadi tidak usah dimintai pendapat, tidak usah ditanya lagi, ya pasti Cak Imin, emang siapa lagi?" kata Said Aqil. Menurut dia, tidak ada calon lain dari kader NU yang paling menonjol selain Cak Imin. Bahkan, dia menilai Cak Imin sebagai sosok yang lengkap untuk menjadi cawapres pendamping Jokowi.

"Gus Imin ini cucu pendiri NU, aktivis PMII, Ketum PKB, pernah jadi Wakil Ketua DPR dan menteri," katanya.

Pernyataan Kiai Said di atas adalah pernyataan yang terang benderang. Jadi bisa dipastikan bahwa Kiai Said dan Gus Yaqut yang menurut PSI adalah 2 tokoh NU yang dinilai baik dan layak oleh PSI mendampingi Presiden Jokowi, sebagai wakil presiden, namun menurut kedua tokoh itu Ketum PKB adalah tokoh yang lebih tepat untuk menjadi representasi NU untuk tampil dan berpartisipasi dalam Pilpres 2019. Namun entah kalau menurut  Prof Mahfud MD.

Dari kemunculan 3 nama tokoh di radar PSI sebagai kandidat calon wakil presiden bagi presiden jokowi, saya mencium ada skenario besar yang sedang dimainkan. Ada upaya memecah dan membelah persatuan NU agar tidak menjadi satu kekuatan besar yang berada bersama PKB dan Cak Imin. Upaya membelah-belah kuatan umat itu adalah hal yang keliru, jika masih terus ingin dilakukan. Gerakan 212 sudah diiris dan dibelah habis menjadi serpihan-serpihan kecil yang ahirnya bermetamorfosis dengan beragam nama, dan tidak lagi dianggap menghawatirkan, karena semua sudah diselesaikan dengan beragam cara. Sekarang giliran NU dan Muhammadiyah yang akan dibelah-belah, semua tokoh-tokohnya diiming-imingi, diajak bermimpi akan kekuasaan yang semu.

Mungkin perlu diingatkan, bahwa jika skenario upaya untuk membela kekuatan umat itu benar adanya, saya sarankan untuk itu dihentikan, karena semakin kuat upaya untuk membelah kekuatan umat maka perlawanan yang akan diterima pun pasti akan semakin keras. Upaya sehalus atau sesamar apapun akan tetap terbaca. Giroh umat muslim saat ini untuk bersatu adalah tidak bisa dibendung, ibarat air bah yang datang menerjang pilihannya hanya satu jika kita ingin selamat, yaitu mengikuti arus yang ada, karena jika perlawanan dibuat pada arus yang sedemikian derasnya, maka kita pasti akan ikut tergulung oleh arus.

Saya rasa tidak perlu lah Pilgub DKI kembali saya ulas untuk mengingatkan, bahwa tingkat kepercayaan diri itu perlu untuk sedikit diredam. Agar jika hasil akhir pemilu ternyata tidak sesuai dengan harapan yang sudah dibangun oleh kawan-kawan PSI nanti rasanya akan sangat menyakitkan, dan kemudian bisa mengakibatkan patah hati, sampai patah arang pada dunia politik. Sementara negara ini perlu banyak putra-putri terbaiknya untuk serius berpikir bagi masa depan bangsa dan negara, agar begitu banyak persoalan bangsa bisa segera temukan solusi, agar kesejahteraan itu tidak hanya jadi janji kampanye yang begitu membosankan bagi telinga rakyat karna selalu di ulang-ulang namun tidak pernah bisa dirasakan.

NOURA FADHILAH

Tags : Jokowi , PSI , Pemilu