Cak Imin dan Refleksi Ramadan, Menumpas Teror di Indonesia

| Selasa, 15/05/2018 11:01 WIB
Cak Imin dan Refleksi Ramadan, Menumpas Teror di Indonesia Cak Imin saat memberikan tausyiyah di depan santri al Falah, Ploso, Kediri (dok PKB)

RADARBANGSA.COM - Minggu-minggu terakhir ini bangsa Indonesia sungguh berkabung. Penyebabnya adalah aksi terorisme yang mengganggu kebebasan bangsa Indonesia untuk hidup dengan damai dan tentram. Masyarakat akhirnya hidup dalam kepanikan dan penuh kecurigaan akibat ulah teroris di sejumlah tempat.

Bangsa Indonesia harus berkabung ketika teroris menyerang Mako Brimob. Lima polisi gugur. Lalu teror kembali terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur. Bom meledak di Gereja Santa Clara di Jalan Ngagel Jaya Utara, GKI di Jalan Diponegoro, dan GPPS Sawahan di Jalan Arjuna. Lalu terjadi juga di Rusun Wonocolo, Taman, Sidoarjo, serta di markas Polrestabes Surabaya.

Serangan terorisme di Indonesia mengarah kepada pihak keamanan dan juga tempat-tempat peribadatan seperti gereja. Sangat disayangkan peristiwa terorisme tersebut terjadi berdekatan, bahkan pelaku diketahui masih terikat dalam hubungan keluarga dan organisasi.

Lalu apa alasan mereka begitu mudah dan sangat termotifasi untuk bunuh diri dan juga membunuh orang lain lewat aksi teror? Mungkin saja mereka berpikir teror bom adalah suatu proses pemurnian, penyucian, jihad dan mati sebagai sahid untuk mendapat ridho Sang Khalik.

Namun tindakannya justru membuat sesama manusia cemas, panik dan saling curiga. Padahal, tidak ada ajaran agama maupun adat dan budaya apapun yang menghendaki perbuatan teror. Tindakan terorisme bukan suatu kemajuan melainkan kemunduran dalam hakekat manusia sebagai mahluk beragama dan bersosial.

Dalam konteks ini, tak elok pula sesama bangsa saling tuding, saling menyalahkan, dan juga saling curiga. Walaupun tindakan tersebut akan terus terjadi setiap kali muncul aksi teror, namun meningkatkan solidaritas dan kebersamaan memerangi terorisme jauh lebih utama.

"Semua kecolongan, masyarakat, polisi, BIN dan aparat. Semua tidak bisa sendirian harus bergandengan tangan. Tapi jangan saling menyalahkan," demikian kata Wakil Ketua MPR RI Abdul Muhaimin Iskandar.

Refleksi Ramadan

Momentum bulan Ramadan yang beberapa hari lagi akan datang menjadi refleksi seluruh elemen bangsa mewujudkan solidaritas antar sesama. Bulan suci Ramadan adalah sarana menguatkan pondasi kebhinekaan dan keragaman yang menjadi mahkota bangsa Indonesia.

Dalam hal ini, Cak Imin berkata; "Ramadan adalah momentum mengingatkan bahwa perbedaan, baik ras, golongan, agama, maupun ekonomi, pada dasarnya satu."

Tak lain karena Ramadan mengajarkan solidaritas, kepritahatinan, menahan diri dari ego masing-masing, sehingga siapapun dapat mengendalikan nafsunya untuk melakukan tindakan-tindakan tak berprikemanusiaan, termasuk aksi-aksi radikal dan teror.

Ramadan juga sarana untuk saling menata hati, pikiran dan komitmen dalam menjalankan kehidupan berbangsa, bernegara, dan beragama. Komitmen kebersamaan tersebut menjadi pemantik terciptanya harmoni persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh.

Ketika hati kita sudah tertata, tujuan Ramadan sebagai individu muttaqin dapat terwujud. Orang yang muttaqin (bertaqwa) selalu berprinsip universal menjunjung tinggi kemanusiaan dan menguatkan kembali nilai persaudaraan, yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, dan ukhuwah basyariah.

Tujuan suci itulah yang harus ditanamkan dalam diri kita sendiri dan juga seluruh elemen bangsa. Jika hal itu tercapai, bukan tidak mungkin teroris dapat ditumpas dan nalar radikal mereka dapat ditangkal bersama.

Satu hal yang perlu ditegaskan, terorisme tidak pernah direstui agama apapun, negara manapun, keyakinan manapun, tapi terorisme adalah musuh kemanusian yang harus dilawan dengan cara masif dan sistematik oleh kita, oleh bangsa Indonesia.

 

AHMAD ZUBAIDI
Pimred radarbangsa.com

Tags : Cak Imin , Ramadan , Terorisme

Berita Terkait