Lomba Cerpen Santri 2018

Penggembala Komodo

| Kamis, 01/11/2018 16:57 WIB
Penggembala Komodo Dok Radarbangsa

Oleh: Ihya Nur Fawaid

RADARBANGSA.COM - Perasaan bosan, adalah alasanku tuk memilih hijrah, yang tadinya anak gaul make jeans, jadi anak pendiam berpeci dan bersarung. Aku sangat senang, ketika tau bahwa aku akan menjadi seorang santri. Namun semua itu berubah setelah negara api memulai agresi militer. Seketika semua ekspetasiku hancur, aku malah jadi tidak betah, ingin pulang, dan banyak hal yang kontradiktif dengan ekspektasiku yang sudah telanjur hancur tadi. Tapi yasudahlah, toh ini masih awal? Ya, Masih awal kan? Ya, tentu, aku dan kalianpun tau, ini masih pembukaan.

Namaku Id`hak Al-Faya, akrab dipanggil Faya, atau Id`hak, atau Alfa, atau indomaret, ya gitu lah. Aku remaja normal keluaran tahun 2002 bermodel semi oriental. Tinggiku sekitar 170 cm, saat sedang naik egrang. Berat badanku kini sekitar 39kg di umurku yang sudah memasuki fase putih abu-abu ini. Ukuran bajuku "s", ukuran sepatuku ku 40, dan ukuran celanaku 28. Kecil? Pendek? Kurus? Tidak, sebenarnya aku ini orang yang sederhana, termasuk dalam urusan postur badan.

Sejak kecil cita-citaku beragam, aku ingin jadi polisi, lalu jadi astronot, dokter, dan yang terakhir, aku ingin jadi power rangers emas. Namun baru-baru ini kutersadar, kalau benar aku jadi power rangers emas, akan banyak uang yang kuhabiskan hanya untuk membuat kostum emas ketat yang membuat selangkanganku gatal, dan mungkin kostumku akan jadi kostum yang paling ketat di antara rangers lain, karena bahan yang kugunakan akan sangat sedikit, mengingat sampai sekarang, celengan ayam jago yang kuisi, baru terisi sampai kukunya saja.

Selain karena hal itu, kini akupun tau, jika aku memakai kostum power rangers yang terbuat dari emas, maka itu haram bagiku, karena aku adalah laki-laki tulen. Dari mana aku tau kalau emas itu haram bagi lelaki? Ya jelas aku tau, karna kini aku adalah bagian dari mereka, mereka yang di sebut sebagai Pasukan Pendamai Negeri. Kini aku pun siap tuk mendamaikan negeri ini. Karena kini, aku adalah seorang santri.

Pesantren adalah hal baru bagiku. Tak ada satupun yang kutau selain peci dan sarung yang akan selalu menempel di badanku, saking seringnya dipakai mungkin sampai-sampai dikira anggota badan sendiri. Sebelum masuk pesantren, banyak yang kupersiapkan, terutama mental. Karna banyak sanak-saudaraku yang mengatakan kalau pondok pesantren itu gaenak. Mereka mengatakan, nanti di pondok itu kamu bakal ga betah, ustadnya galak, bakal banyak kehilangan, kena gatel-gatel, bakal dibuli, dincincang, dikeluarin isi perut nya, ya, dan lain lain.

Namun aku tak menghiraukannya. Kini kusudah di pondok pesantren, semua telah kurasakan, dan terbukti. Kalau perkataan mereka itu, benar. Malah lebih parah. Dan justru yang lebih seru. Benar-benar parah.

Di tahun pertamaku, ternyata banyak yang bernama sepertiku "Faya", mulai dari diriku, gelas, piring, dan tak lupa pakian dalam. Tapi itu tak berlangsung lama, kini yang bernama sepertiku, Ya, hanya diriku sendiri. Ini membuatku berpikir, dan tiba-tiba bernyanyi "apa salah dan dosaku sayang.. kenapa barang-barangku kau buat hilaaaang". Ini begitu menjengkelkan. Hampir setiap hari ada saja barangku yang hilang, dan tidak diketahui siapa pelakunya. Namun, aku menaruh kecurigaanku terhadap satu orang santri, yang selalu berjalan tertunduk dengan tatapan tenang, dan hanya tatapannya saja yang sering diperlihatkan.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait