Lomba Cerpen Santri 2018

Nyantri?

| Jum'at, 02/11/2018 18:41 WIB
Nyantri? Dok Radarbangsa

Oleh: Muhammad Ali Haidar

RADARBANGSA.COM - “Astagfirullah telat sekolah”, setelah bangun dengan rasa panik lalu ku lihat jam ternyata sudah menunjukkan jam 17.45 WIB dan aku baru ingat bahwa aku tadi tidur siang. Setelah dikagetkan oleh tragedi barusan lalu aku berusaha menguatkan badanku yang masih dalam keadaan setengah nyawa untuk segera melaksanakan sholat dzuhur dan ashar, setelah terlaksana sudah kewajibanku lantas aku segera mandi agar bisa mengikuti sholat magrib berjamaah di mushola dekat rumahku. Sepulangnya dari mushola ternyata umiku (ibuku) baru pulang dari ruko tempat beliau mencari rezeki dengan berjualan batik, ya umiku memang seorang pekerja keras dan penyabar yang sangat baik. Keadaanlah yang memaksanya untuk menjadi tulang punggung keluarga karena abiku (ayahku) sudah tak mampu lagi melawan kanker parunya lebih lama lagi sehingga abiku meninggal di saat aku masih berumur 3 tahun.

Yah itulah sedikit potongan kisah hidup yang menyedihkan dari diriku, lantas setelah mencium tangan lelah Umi, aku mengajaknya masuk ke rumah agar bisa segera beristirahat, sambil kupijat tangan dan kaki umiku yang pegal, umi bertanya tentang keseharianku.

“Gimana ngapain aja hari ini, tadi hari terakhir UN kan”, “iya mi akhirnya UNnya selesai juga, tadi habis pulang ya langsung tidur mi soalnya gak ada kerjaan sih, dan sudah legaaa semoga nilaiku memuaskan ya Mi..” jawabku sambil bergelyut manja di lengan umiku yang menenangkan.

Secara tak sadar ternyata pertanyaan umi tadi berhasil membuatku berpikir dalam  dan membuatku sedikit mulai galau……

“Oh pasti capek ya habis UN, gimana udah milih mau lanjut sekolah dimana?” “Lah iya mi aku lupa belum cari-cari sekolah yang sekiranya bagus”

lantas umiku memberi usulan padaku “Bagaimana kalau sekolah SMAnya mondok aja, biar belajar mandiri dari sekarang”

Kakak perempuanku pun tiba tiba saja menyahuti obrolanku dengan umi di ruang tengah “Iya dek mondok aja kayak mbak kemaren, enak kok”

Sebenarnya aku juga pengen masuk pesantren tapi sebagai anak yang paling manja aku sebenarnya enggan berpisah dengan umi “Aku juga sebenernya pengen mondok mi, cuman aku gamau jauh dari umi” kakakku kembali menyahuti “ah dasar manja…. “ namun umi mampu memberi nasihat yang sangat menentramkan hati “gapapa nak, umi bakal sering sering nelpon buat nanya kabar atau kalau umi lagi ga ngajar atau lagi gak ke toko umi bakal sesekali mengunjungi” ya umiku juga seorang guru di sekolah MTs tempat aku sekolah dulu “Baiklah mi aku akan mondok, bismillah semoga istiqomah”.

Akhirnya tibalah waktu dimana aku akan berangkat ke pondok hanya dengan diantar umiku, ah umiku memang seorang perempuan yang sangat tangguh. Sumpah hatiku dari tadi berdegup sangat kencang, aku pun sangat gugup ketika mengikuti tes mengaji dan beberapa pertanyaan dari pondok, tapi Alhamdulillah semua tesnya berjalan lancar hati ini pun akhirnya sedikit tenang. Ketika barang - barang sudah kupindahkan ke asrama dengan banyak bantuan umi, lantas umi ingin langsung pulang saja dan sebagai anak manja mana mungkin mampu ditinggalkan induknya secara tiba tiba

“Umi balik dulu ya nak, sebelum hari gelap”

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait