Lomba Cerpen Santri 2018

Memeluk Sang Mentari

| Kamis, 08/11/2018 18:12 WIB
Memeluk Sang Mentari Dok Radarbangsa

Oleh: Yahdina Rusyda

RADARBANGSA.COM - Mentari nampak indah dengan cahayanya yang menyinari bumi. Siang terasa begitu hangat. Lalu malam terasa dingin tanpa adanya sang mentari. Aku sadar keberadaan sang mentari begitu penting dalam kehidupan manusia. Lalu terpikir olehku adakah mentari berarti dalam hidupku? Mentari yang asalnya bukan dari alam semesta tapi mentari yang bisa mendatangkan ketenangan dan kebahagiaan dalam hati.

“Vina..” sapa salah seorang temanku bernama sinta. Sapaannya membuyarkan lamunanku. “Ngapain disitu? Panas tau, mentang-mentang putih mau berjemur yah biar eksotis kayak aku? Hahahah” sambungnya dengan nada bergurau.

“Haha, apaan sih. Kan aku lagi nungguin kamu--_-- Gimana? Kamu fix lanjut dimana?”

“SMAN 1. Kalau kamu?” tanya sinta

“aku....”

Ya, aku baru saja lulus SMP dan sebentar lagi akan melanjutkan studiku ke jenjang SMA.

---

“Na, kata Abah kamu lanjut dimana?” tanya kakak perempuanku.

“katanya bakal lanjut di Pondok pesantren MAN 2 kak Zia” jawabku

“Oh Masyaallah bagus kalau gitu, nanti ambil jurusan IPA yah” ucap kak Zia memberi saran

“Kata Abah, aku jurusan agama kak.” Ucapku sedikit lesu

“loh kok? Kamu kan lumayan di IPA Na, bagusnya kamu di IPA aja kayak kak Zia.”

“iya aku juga maunya gitu tapi kata Abah aku harus ambil jurusan agama”

Kak Zia pun langsung beranjak dari hadapanku. Kak Zia pun duduk di samping Abah yang sedang berdzikir selepas sholat. Akupun mengintip dari depan pintu kamar.

“Abah.” Buka Kak Zia

“Hmm” jawab abah

“Vina ambil jurusan agama ya?”

“Hmm” jawaban yang sama

“Tapi Vina cocoknya masuk IPA, nilai IPAnya juga bagus-bagus” Kak Zia mencoba menjelaskan.

“Biar dia tau agama” jawab abah singkat

Kak Zia yang dulunya juga pernah bersekolah di pondok hanya terdiam. Latar belakang keluargaku memang religius sehingga pemahaman agama sangat penting bagi kami. Tak seperti teman-temanku yang hidup elit. Mungkin itulah salah satu alasan orang tuaku mengirimku ke pondok pesantren agar kebiasaanku yang mengikuti gaya hidup teman-teman lain bisa berubah dan menjadi lebih religius.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait