Lomba Cerpen Santri 2018

Kesalahan Terbaik

| Kamis, 08/11/2018 18:14 WIB
Kesalahan Terbaik Dok Radarbangsa

Oleh: Ella Elistiani

RADARBANGSA.COM - Selalu terlintas di fikiranku, mengapa aku berada disini? Mengapa aku bisa bertahan ditempat ini? Mengapa teman-temanku seperti ini? Bingung? Aneh? Nggak nyangka? Hmmm...

***

Namaku Sella Marisa, umurku 15 tahun, aku adalah bocah lulusan Sekolah Menengah Pertama di suatu desa yang sudah agak maju, bisa dibilang aku adalah anak yang manja karena uang masih minta sama orangtua dan sangat ketergantungan pada ponsel android, aku juga suka main motor, setiap sepulang sekolah pasti aku tidak langsung pulang, tetapi aku nongkong dulu di warung mbah bro bersama kawan-kawanku.

Melihat keadaanku yang sangat buruk, mamaku pernah berkata pada papaku (pecakapan pelan ini aku dengar ketika kami sedang makan malam didepan Tv).

Mama  : “Pak, apa sebaiknya anak kita dipondokkan saja ya pa,  soalnya aku takut apabila ia bertumbuh besar dilingkungan seperti ini terus, akan berdampak buruk bagi masa depannya”.

Papa    :“itu ide yang bagus ma, ya sebaiknya Sella kita pondokkan saja”.

Mendengar perkataan papa dan mama aku sempat berfikir, “haa? Mondok.. mesti kalau mondok nggak bisa maen, nggak bisa nongkrong,  makannya nggak enak, banyak aturan. Trus bagaimana dengan teman-temanku yang disini?” Aku cemas dengan hal ini.

Lalu di hari saat aku akan mencari sekolah lanjutan, mama memanggilku.

Mama : “Sell! Mau kemana kamu, tumben pagi-pagi udah rapi pakai seragam lagi.”

Aku     : “Mau cari temen baru buk! Ya mau daftar sekolah lah.”

Mama  : “Kamu itu mau sekolah dimana? Pergaulanmu aja semakin lama makin nggak jelas, mama sama papa udah cariin tempat yang terbaik buat masa depanmu.”

Aku     : “Emang mama mau sekolahin aku dimana.”

Mama  : “Kamu akan mama pondokkan di Jogja”

Aku     : “Ya nggak bisa gitu dong ma, mama nggak bilang dulu ke aku sebelumnya”

Mama  : “Ya ini mama udah bilang to, papa juga setuju kok”

Aku     : “Nggak mau, dipondok  tu nggak enak, nggak bisa kemana-mana, banyak aturan, makanannya juga nggak enak.”

Mama  : “Kata siapa dipondok kayak gitu, nanti kalau kamu dipondok, hidupmu akan lebih tertata dan masa depanmu juga terjamin bagus nak.”

Aku     : “Trus temen-temenku yang disini bagaimana? Aku nggak bisa jauh dengan mereka begitu juga dengan mama dan papa.”

Mama  : “Mama yakin nak, kamu pasti bisa. Orang belum bisa kalau belum mencoba.”

Aku terus berusaha mencari alasan agar mamaku tidak memasukkanku ke pondok, tapi sekuat apapun alasanku tidak menggoyahkan keputusan mama untuk tetap memasukkanku ke pondok pesanten. Aku terus menangis disepanjang malam meratapi keputusan mamaku. Aku membayangkan betapa kesepiannya aku nanti di sana yang jauh dengan orangtua dan teman-temanku.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait