Lomba Cerpen Santri 2018

Ketika Santri Mengaji

| Minggu, 11/11/2018 17:00 WIB
Ketika Santri Mengaji Dok Radarbangsa

Oleh: Aisyah Hasbara

Di sini aku terpenjara

Tenggelam dalam pusara hitam yang kusebut cinta

Sisiku berkata ini salah

Namun ego memintaku bertahan

Perih mengikat hatiku

Membuatnya sesak dan mati remuk redam

Jiwaku membatu

Dan ragaku hanya hidup untuk menunggu senyummu

Terkadang aku ingin berlari

Mencari oasis cinta lain yang kan membuatku hidup kembali

Namun lagi-lagi kau membuat kakiku membeku

Lalu aku hanya bisa menangis pedih

Aku terpaku untuk mencintaimu

Tapi kau terus melangkah jauh...        

RADARBANGSA.COM - Alisa memandang awan yang menghitam di kejauhan. Semua hitam, gelap. Sepertinya hujan deras akan segera datang. Dilipatnya kertas lusuh berisi puisi amatir yang telah puluhan kali dia baca, lalu kembali memasukkan kertas itu kedalam kotak kecil dipangkuannya. Kertas itu. Kotak itu. Adalah kenangan yang tersisa dari seseorang yang sangat istimewa dalam hidupnya.

Alisa menghela napas berat ketika melihat selembar foto menyembul diantara boneka barbie dan jepit rambut di dalam kotak. Ditariknya foto itu. Sesak tiba-tiba menyeruak dalam dadanya begitu mengingat siapa yang ada dalam foto. Haibara, adiknya. Tersenyum tenang sebelum meniup lilin berangka lima belas bersama Alisa, Ayah dan Ibu mereka di kanan kirinya.

Tanpa sadar dia tersenyum getir. Ingatnya membawa Alisa pada beberapa kenangan menyenangkan dimasa lalu, saat orang-orang yang berharga dalam hidupnya itu belum pergi, meninggalkannya.

 22 oktober 2016

Haibara tersenyum diantara keluarga dan tamu-tamu yang bertepuk tangan sambil menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuknya. Tak terbendung rasa senang yang meletup-letup di dalam dadanya. Haru membungkus hatinya saat mengingat bahwa itu adalah kali terakhir dia merayakan ulang tahun dengan keluarga dan sahabatnya. Karena mulai tahun depan, Haibara akan mulai menjalani masa Aliyahnya di pondok pesantren mengikuti jejak sang kakak.

Haibara memejamkan mata sambil mengepalkan tangan di depan dada sebelum meniup lilin ketika lagu selesai dinyanyikan. Setelah mengucapkan permohonan, dia mulai meniup lilin berbentuk angka lima belas itu dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibir tipisnya. Semua orang pun kembali bertepuk tangan dan mengucap selamat sebelum acara pemotongan kue dimulai.

Hari itu, menjadi hari yang tak terlupakan bagi Ai dan keluarganya, enam bulan sebelum tawa Alisa dan Haibara meredup selamanya, bersamaan dengan kecelakaan mobil yang merengut nyawa sang ibu.

“Entah hanya perasaanku, atau kau memang sering memandang foto Ai akhir-akhir ini?”Alisa menoleh, tampak seorang pria berkulit tan mengambil tempat di hadapannya. Tersenyum.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait