Lomba Cerpen Santri 2018

Neng Zulfa

| Minggu, 11/11/2018 19:50 WIB
Neng Zulfa Dok Radarbangsa

Oleh: Putri Nur Wahyu Ningsih

RADARBANGSA.COM - Srek srek srek…suara sikat yang beradu dengan cucian terdengar riuh di telinga. Belum lagi suara gemericik air yang mengguyur dan membasahi tubuh di balik pintu kamar mandi yang berjajar rapi di sepanjang blok itu. Ditambah para santri putri yang berbaris mengantre di luar masing-masing pintu yang juga menciptakan keributan. Di antara mereka ada yang asyik bergosip, ada yang melakukan olah vokal menyanyi, ada  yang berteriak-teriak karena tidak sabar menunggu temannya di dalam, dan ada pula yang memilih berdiri sandaran di tembok sambil melalar hafalan nadhom.

 “Neng Zulfa! Yakin tidak mau mencalonkan diri jadi ketua pondok putri tahun ini?” ujar Dewi sambil terus bergelut dengan cucian yang disikatnya.
Santri putri berparas ayu di samping Dewi itu menggeleng, tangannya juga sibuk menyikat. “Tidak, De. Aku tidak pantas mencalonkan diri jadi ketua pondok,” katanya seperti gumaman. “Banyak yang lebih pantas dariku,” suara lirihnya membuat Dewi, sahabatnya yang seorang abdi ndalem menoleh.

“Kenapa, Neng?” Dewi menghentikan gerakan tangannya. “Neng Zulfa kan salah satu santri berprestasi di pesantren ini,” Dewi menyentakkan cucian. “Pasti bakal terpilih kalau maju!” tandasnya, “di antara santri putri lainnya, Neng Zulfa adalah kandidat ketua pondok terbaik di sini. Apalagi Neng Zulfa kan punya darah biru?!” dukung Dewi.

Dewi menatap Zulfa, berhenti menyikat. Menanti respon sahabatnya yang putri seorang kiai besar di daerah Kediri itu. tapi Zulfa tak segera merespon. Matanya malah menatap kosong ke depan, menerawang dinding berlumut yang kian hijau di depannya itu. “Aku banyak kesalahan, De,” sahut Zulfa akhirnya, pelan tapi masih jelas terdengar. “Ya sudahlah! Aku ke kamar dulu, ada cucian yang tertinggal.” Zulfa bangkit, membasuh tangannya yang berbusa dengan air kemudian pergi.

Baca selenkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB

Berita Terkait