Lomba Cerpen Santri 2018

Lelahku yang Menjadi Lillah karena Bismillah

| Senin, 12/11/2018 00:59 WIB
Lelahku yang Menjadi Lillah karena Bismillah Dok Radarbangsa

Oleh: Nur Sila

RADARBANGSA.COM - Malam yang kelabu kini tengah menyelimuti kotaku. Semburat cahaya rembulan yang sempat memancar elok dari balik tirai jendela, tiba-tiba memudar. Wussh... hujan deras jatuh berderet menerpa atap dan dedaunan. Drekk... pintu kamar sedikit membuka, tak tahu itu siapa, yang jelas aku ingin sendiri tidak sedang ingin di temani.

“Sila, boleh Ayah dan Bunda masuk sayang?”belum sempat aku mengiyakan, ternyata Ayah Bunda sudah berada duduk dibelakangku. Reflek, aku segera mengusap guliran air bening yang menggurat di pipiku. 

“Sila, Ayah dan Bunda sudah berfikir matang-matang tentang rencana Ayah dan Bunda. Sudah pula dengan penolakanmu, tapi tidak bisa terbantahkan lagi, ini sudah menjadi permintaan dan wasiat dari Alm. Kakekmu dulu sayang, mengertilah. Coba fikirkan lebih matang lagi.”panjang lebar celoteh Ayah, dan tess..guliran air bening kembali menggulir. Tak kuasa aku menahan rentetan celoteh lelaki kepala tiga yang amat kusayangi ini. Ayah... Iya! Ini Ayahku, sedang memohon padaku.. Ya Allah dosakah aku?.

“Ayah, Bunda, maaf telah membuat kalian menjadi seperti ini. Sila.. (dengan suara serak aku menjawab perlahan untuk memulainya) sila sudah memantapkan hati, tak apa jika memang karier sila sebagai pebulutangkis harus risain lebih awal. Ayah dan Bunda sudah mempersiapkan ini semua dari awal, sudah pula menyelesaikan kontrak dengan club nama Sila dibesarkan. Sila fikir, tidak ada salahnya mencoba menuruti keinginan orang tua yang selama ini penuh kasih sayang merawat dan membesarkan Sila.

Tak terasa tiba saatnya aku akan pergi meninggalkan kota. Aku akan dikirim ke sel bersama anak tukang sayur di komplekku. Kata Bunda, dia anak perempuan yang menyabet peringkat pertama di sekolahku. Bi Inah yang cerita, financial orang tuanya kurang mendukung jika dia melanjutkan sekolah. Makanya Ayah Bunda berinisiatif menyekolahkannya. Itung-itung untuk menjadi rekan hidupku selama disana. Hampir satu hari satu malam perjalanan kita lalui. Pagi sekitar jam 9, rombonganku tiba di penjara itu. 

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait