Lomba Cerpen Santri 2018

Pesantren

| Selasa, 13/11/2018 18:52 WIB
Pesantren Dok Radarbangsa

Oleh : Wardha

RADARBANGSA.COM - Pada saat itu jam menunjukan jam 06:00 pagi, teriakan ibu membangunkanku”huwaidahh ayo nak bangun” aku langsung bergegas memasuki kamar mandi dan mempersiapkan semua peralatan sekolahku, bisa di bialng aku bukanlah anak yang rajin, di halaman rumah ayah ku telah membunyikan klakson motornya.

”tunggu ayah aku sedang memakai kaos kaki”teriak ku dari dalam rumah. Saat roda motor ku terhenti di gerbang sekolah semua mata tertuju padaku ,tidak heran lagi karna aku tahu mereka melihatku karna ada sesuatu yang aneh dari penampilanku, saat itu aku memakai sepatu yang yang berukuran 40 disaat umur ku baru memasuki 9 tahun aneh bukan? Akan ku ceritakan kisahku saat ertama kali aku aku dikeluarkan dari Rahim ibu aku seperti anak normal lainnya, sehat cantic dan imut.

Tak teras umurku telah beranjak balita,mulai terlihat ada yang aneh di dalam diriku terutama pada saat aku mulai pertama kali memijakan kakiku di permukaan bumi ini seperti ada sesuatu benjolon di telapak kaki sebelah kananku, segala segala kerja keras dan usaha orang tuaku telah dilakukan, dimulai dari terapi ,pijat,sentruman dan lain”. Akhirnya orang tuaku memutuskan untuk mengambilnya dengan cara operasi, tetapi sebelum mengambil keputusan tersebut, orang tua ku bertanya terlebih dahulu”nak mau ngak kamu bisa berjalan dengan normal seperti anak yang laiinnya “ujar ibu dengan senyuman lebar di bibirnya …

Kebesokan harinya aku ,ibu dan ayah pergi ke rumah sakit di tengah perjalan aku selalu berdoa semoga keputusan ini yang terbaik, saat pertama kali memasuki ruang operasi aku melihat beberapa jarum, kabel kabel panjang,dan lampu sorot yang itu semua membuat ku semakin takut, dari kejauhan aku melihat seseorang bersama beberapa temanya yang mendekatiku, semakin dekat semakin jelas seseorang memakai kaca mata, jas berwarna putih,sesuatu alat yang terletak di lehernya dan temennya yang memakai seragam berwarna hijau,  siapa lagi kalo bukan dokter dan beberapa temannya yang mengerikan itu, dokter boleh tau ngak siapa nama mu nak?”ujar docter sambil membawaku keruang operasi “huwaidah pak dokter”ujarku dengan muka ketakutaan, orang tua ku menunggu di ruang tunggu dengan mulut ibu yang  tidak berhenti komat kamit untung ada  ayah yang selalu menguatkan ibu . 

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait