Lomba Cerpen Santri 2018

Saat Takdir Merubah Hidupku

| Minggu, 18/11/2018 15:08 WIB
Saat Takdir Merubah Hidupku Dok Radarbangsa

Oleh: Ainun Nikmah

RADARBANGSA.COM - Disaat aku sedang menikmati masa remajaku, menikmati masa-masa ketika aku mencari kesenangan dalam hidupku. Seperti mendung yang datang tiba-tiba dipagi hari yang cerah, kedua orang tuaku berencana untuk menaruhku di pondok pesantren. Ketika mereka mengatakannya kepadaku, aku menolaknya, saat itu aku baru kelas enam semester terakhir.

Mereka hanya diam, kupikir mereka menerima penolakanku. Detik berganti menit, menit berganti jam, dan jam berganti hari. Hari-hari selama penghabisan kelas enam, bersama teman-temanku. Kami menjalani hari dengan canda, tawa, sedih, tegang, menjadi satu. Tak terasa ujian telah terlewati dan ijazah kelulusan sudah di tangan kami. Libur panjang tiba, kejadian itu terulang kembali. Kedua orang tuaku memintaku utuk mau mondok. Kalo dulu aku bisa menolaknya dengan cepat, sekarang tidak.  Bagaimana tidak? Ibu memohon dengan sangat kepadaku hingga bercucuran air mata, aku tak tega melihatnya seperti itu, tapi aku juga tidak mau mondok.

Aku hanya bisa terdiam, sesaat hening. Ibu menghapus air matanya, lalu pergi membiarkanku sendiri di kamarku. Beberapa hari belum aku mejawab permohonan dari ibu, hengga lewat dari seminggu. Dengan bimbang dan berat hati aku mengiyakan permintaan meraka. Mereka terlihat sangat bahagia terutama ibuku, tapi aku tidak turut merasa bahagia seperti apa yang mereka rasakan. Aku merasa agak menyesal dengan jawabanku. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, lagi pula aku tak ingin mengecewakan mereka.

Akhirnya datanglah hari dimana aku mulai mondok. Ayah dan ibuku yang menghantarkanku . Pondok ini sangat luas. Dengan tampilan awal setelah masuk gerbang, masjid megah dengan sisi kanan dan kirinya di hiasi dengan taman yang cukup luas, sebagai pembatas antara asrama santriwan dan santriwati.

Tersedia pula aula untuk acara tertentu yang disulap menjadi tempat pendartaran santri baru. Aku dan ayahku menunggu di kursi yang sudah disediakan,  ibuku yang mendaftarkaku ke panitia, karena sesuai dengan prosedurnya. Untuk santiwan, mendaftar kepada panitia santriwan, dan begitu sebaliknya . Setelah selesai mendaftarkanku, ibuku menyusul tempat dimana aku dan ayahku duduk. Tak lama kemudian, namaku dipanggil. Berat rasanya harus berpisah dengan kedua orang tuaku. Aku berjalan menjauh dari mereka, aku memberhentikan langkahku, menoleh kepada orang tuaku. Mereka tersenyum kapadaku, terlihat pula ibuku mengeluarkan air mata haru.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait