Lomba Cerpen Santri 2018

Keluarga dalam Pesantren

| Minggu, 18/11/2018 15:20 WIB
Keluarga dalam Pesantren Dok Radarbangsa

Oleh: Trifidiya Agistin 

RADARBANGSA.COM - Pagi ini, mentari terlihat begitu cerah, membuat siapapun yang melihatnya akan menunduk karena silaunya. Sinarnya masuk secara diam-diam, lewat celah-celah jendela asrama putri yang terbuat dari kaca seperti seorang pencuri. Butiran embun pada dedaunan semakin menghidupkan suasana pesantren modern yang jumlah santrinya tidak lebih banyak dari telur-telur yang sedang di erami oleh induknya, mungkin karena pesantren ini berada di pelosok makanya tidak banyak orang yang tau keberadaanya. Al-Ikhlash,, begitulah namanya.

Pesantren yang berdiri pada tahun 2007 dan di asuh oleh Romo Kyai Alfin Sunhaji itu, berada di kota Gresik, terletak di daerah pesisir utara. Sebagian masyarakat menyebutnya pesantren Evergreen, karena hampir semua bangunan di pesantren ini berwarna hijau. Dan aku adalah salah satu santriwati yang berdomisili di pesantren ini, aku berasal dari Tuban, entah kenapa kedua orang tuaku membuangku ke tempat yang menurutku sangat membosankan ini. Aku baru 3 tahun tinggal di pesantren ini, sekarang tepat pada tahun 2018 aku duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan, aku mengambil jurusan akuntansi, namun pada akhirnya aku menyesal, karena akuntansi tidak semudah yang aku bayangkan.

Di pesantren ini aku memiliki keluarga kedua yang sangat berarti setelah ayah dan ibu. Sembilan Bintang, yah.. aku menyebutnya begitu, karena kami berjumlah sembilan anak. Yang pertama, Fitri, gadis bermata sipit dan berkaca mata ini adalah bintang tertua diantara kami. Karakternya yang sangat dewasa cocok sekali dengan usianya sekarang. Dia berasal dari Tuban, tepat satu desa denganku,  mungkin bisa dikatakan tetangga, karena rumah kami hanya berjarak 5 meter saja. Sebenarnya, dari kecil aku sudah mengenalnya, bahkan kami kerap kali satu kelas ketika menduduki Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar.

Namun Sekolah Menengah Pertama kami berpisah, sampai pada akhirnya, kita bersama lagi ketika masuk di Sekolah Menengah Kejuruan, dan lebih akrab lagi, mungkin karena kami berada dalam satu pesantren.. Kedua adalah diriku sendiri,, Fida, nama lengkapku Fidiya Agistin.. tapi teman-temanku lebih akrab memanggilku Fida. Menurut penilaian teman-temanku, aku adalah tipe anak yang humoris.. 99% benar sekali. Karena bagiku, jika sehari saja aku tidak mengucapkan sesuatu atau bertingkah laku konyol seperti pelawak, tepat pada saat itu juga aku akan kehilangan separuh jiwaku. Mereka juga bilang, bahwa aku adalah gadis puitis dengan seribu imajinasi, nah.. itulah pendapat mereka tentang diriku, untuk tanggapanku.. aku biasa aja, selama itu membuat temanku bahagia, aku pun ikut bahagia.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait