Lomba Cerpen Santri 2018

Kilau Bifurkasi di Bumi Santri

| Kamis, 22/11/2018 14:34 WIB
Kilau Bifurkasi di Bumi Santri Dok Radarbangsa

Oleh: Ahmad Insani Asadullah

RADARBANGSA.COM - “Pesantren menyajikan ulangan kehidupan yang setiap saat harus dijawab oleh para santri. Mereka harus memilih. Salah tak jadi masalah, poin terpenting adalah ‘proses’. Bukankah ‘pengalaman’ adalah guru yang terbaik dalam hidup?

...Sesederhana ‘Ghosob atau tidak? Pacaran atau tidak? Mencuri atau tidak? Kabur atau tidak?’ Sampai seberat ‘Boyong atau tidak? Manut Kiyai atau tidak?’.Pertanyaan yang hanya bisa mereka jawab sendiri.”

***

 

Petala langit meredup. Alam semakin sayup. Swastamita[1] yang lelah, mulai berbaring di balik tilam merah. Suara qiro’ah menggema dari segala arah.Mengiringi langkah kaki para santriwan santriwati yang baru bubar mengaji.

Berjalan memenuhi setiap sisi jalan. Ada yang ngobrol ngalor ngidul, menghafal sesuatu, membaca buku atau sekedarmampir ke warung-warung makan setempat. Anom tak henti-henti  mengamati sekitar.  Pemandangan yang ia hafal, namun takpernah berhenti mencuri perhatiannya. Setiap hari. Sepanjang tahun.

Ada anak-anak gundul menjelma jajaran lampu taman, antrian kamar mandi yang mengular, juga aneka jenis sandangan yang mabur dari jemuran, lantas dibuat main kucing-kucingan. Dan seharusnya pemandangan-pemandangan itu bisa membuatnyatertawa. Sayangnya, kini semua itu tak ada artinya lagi. Berbeda dengan mata kanak-kanaknya dulu. Anom tak tahu apa yang kiranya hilang. Ada semacam ruang hampa yang menganga dalam dadanya, dan dia tak tahu cara memadamkannya. Mata yang sama, manusia yang sama, tapi pandangan yang sama sekali berbeda.

***

Hari ini, senja ini, genap 10 tahun Anom membusuk. Dari atas sana ia mengamati segala hal. Hijau sawah yang membentang bagai permadani, hingga mobil di jalan raya yang hanya sebesar kotak korek api.Menghitung hampir setiap daun kering yang melayang, juga kekupu dan capung yang senantiasa menari pun terbang. Sepanjang sore. Mengapa gerangan semua ini diciptakan? Langit, pohon, awan, manusia, dan...hati?

Di tempat itu Anom mematung. Mendekap dengkul dan menyangga dagu. Dak betongedung pesantren paling atas dengan pemandangan swastamita spektakuler yang seharusnya mendamaikan.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait