Lomba Cerpen Santri 2018

Pesantren Antariksa

| Senin, 26/11/2018 17:36 WIB
Pesantren Antariksa Dok Radarbangsa

Oleh: Rifka Salma Oktatiana

RADARBANGSA.COM - Namaku Ken Eldaverr Sydven. Aku adalah laki-laki yang terlahir di utara Gunung Sharap, Mars. Aku tinggal bersama dua sahabatku, Mark Arzeil dan Askley Winfey. Berbeda dengan makhluk-makhluk yang ada di bumi, aku bisa beradaptasi dengan udara di planet ini. Planet ini memiliki ukuran setengah kali ukuran bumi, memiliki pemandangan yang spektakuler, dan gunung-gunung yang menjulang tinggi ke angkasa dengan badai debu yang berkisar kecil.

Aku, Mark, dan Askley selalu berltih berkomunikasi dengan bahasa manusia di bumi, karena itu hal terpenting untuk kami bisa berkomunikasi dengan mereka. Kami mempelajari suatu bahasa yang sangat memudahkan kami, yaitu bahasa Inggris. Namun Askley mempelajari dua bahasa yaitu bahasa inggris dan bahasa indonesia. Hari ini kami merundingkan misi untuk menghancurkan bumi. Sudah lama kami terganggu dengan manusia yang datang untuk meneliti planet kami, terutama kedatangan Curiosity Rover robot penjelajah sebesar mobil yang merusak permukaan daratan Mars. Askley mengeluarkan pesawat H2 Syclo Max B yang kecepatannya bisa mencapai 200/km per jam yang dia simpan di dekat Gunung Olympus, di ujung daratan Mars. Hari ini kami turun ke bumi.

Pesawat dengan ukuran 9x4 meter terbang dengan kecepatan 200/km per jam. Entah mengapa, Askley tidak memeriksa mesin pesawat sebelum keberangkatan. Konyolnya,  Askley juga tidak menyiapkan pelengkapan keselamatan, karena ia sangat yakin akan mendarat dengan selamat. Dan terjadilah.

***

Aku terbangun dengan badan yang terbaring lemah di atas suatu kasur tebal yang cukup membuatku berbaring dengan sempurna . Askley dan Mark menatapku dengan luka di leher dan kepalanya. Mereka segera menariku keluar ruangan yang tertulis “UKS”. Aku melihat banyak sekali bidadari yang mengenakan pakaian panjang dan penutup kepala yang menutupi hingga bagian perut dengan membawa barang yang tertulis huruf melingkar-lingkar dan kitab berwarna kuning. Belakangan kutahu dua benda itu adalah Quran dan kitab Washoya.

Salah satu perempuan itu bernama Nafissah Hulya Assayidda.Aku melihat name tag yang dikenakannya. Awalnya kukira makhluk di bumi bernama sama ternyata mereka memiliki nama yang berbeda-beda . Terlihat gerombolan perempuan di belakang perempuan itu mereka melihat keberadaanku. Askley dan Mark berteriak girang. Perempuan-perempuan muda itu mengejar-ngejar kami. Askley memutuskan untuk berhenti di bawah pohon yang penuh dengan semak-semak. Iini adalah tempat yang tepat untuk bersembunyi.

Baca selengkapnya di sini

 

Tags : Hari Santri 2018 , Lomba Cerpen , PKB ,

Berita Terkait