Mudik Perjalanan Sarat Tradisi dan Religi

| Senin, 03/07/2017 19:54 WIB
Mudik Perjalanan Sarat Tradisi dan Religi
Kampung halaman dan keluarga menjadi alasan penting kenapa mudik Lebaran adalah bagian dari tradisi. Tanpa keduanya, mudik hanya akan menjadi seremonial perjalanan orang-orang yang hidup di tanah perantauan, mudik sudah menjadi tradisi di Nusantara. Mudik lebaran tidak cukup dimaknai sebatas perjalanan pulang kampung orang-orang yang merantau. Jauh melebihi itu, mudik lebaran ini memuat serangkaian tradisi yang tidak hanya melibatkan orang Islam saja, tapi seluruh lapisan masyarakat yang ada di Indonesia. Karenanya, setiap mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri, selalu ramai dan meriah. Semua orang rela bermacet-macet demi memandang kampung halamannya yang telah ditinggal pergi mencari nafkah. Antusiasme masyarakat ini semakna dengan Idul Fitri sebagai hari kemenangan. Atas dasar itulah, mudik memiliki beberapa arti penting - yang jika dilewatkan - kita akan kehilangan momen-momen bermakna tersebut. Mudik Merawat Tali Silaturrahim Dalam tradisi mudik, hal paling mendasar adalah menyambung tali silaturrahim. Berkunjung ke sanak saudara, kerabat, tetangga dan sahabat yang ada di kampung halaman. Semangat ini kemudian yang menjadikan mudik sebagai kegiatan bersosial dengan sesama. Kesadaran silaturrahim menjadi penting setelah berbulan-bulan, misalnya, di tengah perkotaan dan pekerjaan yang telah menyita banyak waktu. Tanpa kita sadari, rutinitas semacam itu mengikis kesadaran bersaudara dan bertetangga kita di tanah rantau atau di kota khususnya. Mudik juga menjadi momentum mengenal kembali lebih dekat dengan lingkungan kita. Tidak berhenti di situ, mudik lebaran juga dijadikan momentum untuk ziarah kubur kepada sanak keluarga yang lebih dulu menghadap kehadirat-Nya. Di Indonesia, mudik lebaran menjadi tradisi yang sarat akan nilai-nilai, baik sosial maupun spiritual. Sebagai agama yang memberi rahmat kepada semua, Islam sangat memerhatikan betapa pentingnya menjaga hubungan antar sesama agar tetap harmonis. Dalam Islam, menyambung tali silaturrahim merupakan ajaran penting. Inilah potret nyata hablum min annas sebagai ejawantah ibadah sosial. Karenanya, dalam sebuah hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan; "Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan kerabat (famili)." Hadis tersebut terang menjelaskan bahwa memperetat tali silaturrahim merupakan perintah agama. Karenanya pula Islam mrnganjurkan kebersamaan bagi para pemeluknya. Satu hadis Nabi SAW lagi yang familiar kaitannya dengan pentingnya silaturrahim yaitu; "Barangsiapa yang ingin diluaskan rizkinya dan dilanjutkan umurnya, maka hendaknya menyambung hubungan kerabat (famili)." (HR. Bukhari-Muslim). Ya, ada hikmah besar nan tak terhingga tentang silaturrahim tersebut. Allah menjanjikan sebuah peningkatan kualitas hidup bagi umat yang menjalankannya. Silaturrahim tidak hanya membingkai bagaimana ibadah sosial berjalan, tapi bagaimana juga ajaran kedamaian agama ditegakkan. Oleh karena itu, mudik lebaran adalah momentum tepat untuk mempererat persaudaraan kita, baik dengan keluarga, saudara, tetangga dan sahabat bahkan yang berbeda keyakinan juga. Mudik seperti halnya Wuquf, berhenti sejenak dari berbagai aktivitas untuk muhasabah, semoga kampung halaman menguatkan kesadaran kita pentingnya keluarga, saudara, tetangga dan sahabat dan oleh-oleh mudik yang paling berharga adalah kita dapat merawat silaturrahim dengan semua. Selamat kembali beraktivitas [] Miftahul Aziz Ketua Umum Nahdliyyin Nusantara (NAHNU)
Tags :