Harlah PKB, Momen Pertajam Kreatifitas dan Kiprah Membela Rakyat

| Kamis, 27/07/2017 09:55 WIB
Harlah PKB, Momen Pertajam Kreatifitas dan Kiprah Membela Rakyat
TANGGAL 23 Juli 2017 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) berusia 19 tahun. Usia yang cukup dewasa untuk ukuran sebuah partai politik. Pada rentang waktu itu PKB telah mengikuti empat kali Pemilu dan Pilpres. PKB pernah mendudukkan tokohnya, KH Abduurahman Wahid (Gus Dur), sebagai Presiden RI. Pernah mengalami konflik yang pahit dan jatuh bangun dalam dunia politik. Kini, PKB dikenal sebagai parpol yang cukup diperhitungkan di kepolitikan nasional. PKB adalah partai yang lahir pasca reformasi 1998. Sebagai ”anak kandung” reformasi PKB membawa semangat perubahan: dari otoriter ke era baru yang lebih demokratis. Bukan sebuah kebetulan jika Gus Dur, pendiri partai ini, adalah salah satu tokoh pejuang demokrasi. Sebelum menjadi Ketua Umum PBNU pada 1984, Gus Dur dikenal sebagai Ketua Forum Demokrasi. Bersama Bondan Gunawan, Marsilam Simajuntak dan lain-lain Gus Dur mendorong demokratisasi di saat rezim Orde baru Soeharto tengah kuat-kuatnya. Maka saat PKB lahir misi besar itu pun dipikulkan di ”pundak” partai ini. Seperti tercantum dalam Mabda’ Siyasi (prinsip dasar berpolitik) dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangganya, PKB mencita-citakan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PKB juga menjunjung Hak Azazi Manusia dan turut membangun demokrasi melalui keikutsertaan dalam Pemilihan Umum. Bagi PKB keadilan itu harus tercermin dalam tiga bidang: politik, ekonomi dan hukum. Karena didirikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), PKB juga mengemban mandat politik NU. Yakni, mewarnai praktek kenegaraan dengan nilai-nilai Islam ahlussunnah wal jamaah (Sunni). Yaitu praktek yang keislaman yang inklusif, moderat, toleran sebagaimana ciri keislaman NU. Juga Islam yang bisa berjalan beriringan dengan keindonesiaan. Dalam arti, Islam yang senafas dengan cita-cita membangun negara modern berwawasan kebangsaan. Bagi NU, nasionalisme dan Islam tidak hanya bisa ”berjalan beriringan” tapi juga dapat ”bergandengan tangan”. Hal itu bisa dilihat pada sejarah penghilangan tujuh kata pada Piagam Jakarta dan kontribusi NU sebagai pelopor penerimaan Pancasila sebagai azaz organisasi massa. Sebagai ”sayap politik” NU, PKB juga memiliki ciri yang sama. Pada partai ini mengalir dua aspirasi besar sekaligus: keislaman dan keindonesiaan. Oleh pemerhati sosial, PKB digolongkan partai berideologi ”Nasionalis Religius”. Warna ideologi PKB menempatkannya pada posisi strategis dalam konstelasi kebangsaan. Mengingat dua aspirasi besar itu mewakili mayoritas rakyat Indonesia. Dilihat dari ilmu marketing, PKB memiliki ceruk pasar yang sangat luas. Mencakup ceruk nasionalis sekaligus pemilih muslim. Pilihan ideologi ini menempatkan PKB sebagai salah satu partai yang potensial untuk mendapatkan dukungan pemilih secara luas. Secara teori, partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik –(biasanya) dengan cara konstitusional—untuk melaksanakan programnya (Prof. Miriam Budiardjo: 2007). Selain itu, partai politik juga didefinisikan sebagai kelompok politik yang mengikuti pemilihan umum dan, melalui pemilihan umum itu, mampu menempatkan calon-calonnya untuk menduduki jabatan publik (Giovanni Sartori: 1976). Dilihat dari cakupan pemilih dan pola rekrutmennya, parpol dibedakan menjadi dua: partai massa dan partai kader. Partai massa lebih ditujukan untuk memenangi pemilihan umum dengan menghimpun massa sebanyak-banyaknya tanpa terlalu memandang latar belakang ideologi dan ikatan-ikatan identitas. Partai jenis ini memiliki ikatan yang longgar dan disiplin organisasi yang tidak ketat. Sementara partai kader sangat ketat dalam rekrutmen pengurus maupun anggotanya. Partai ini menekankan kepada menjaga kemurnian perjuangan (ideologi) dengan menerapkan disiplin internal yang tinggi. Adapun secara ideologi, parpol dibedakan dengan partai ”kanan” dan ”kiri”. Partai kanan digolongkan kelompok yang mempertahankan kemapanan kekuasaan dan tradisi (status quo) sedangkan partai kiri mewakili kelompok yang menghendaki perubahan. Dalam perkembangannya muncul jenis ketiga, yakni ”partai tengah”: partai yang mengalami centripental ke tengah. Partai jenis ini melakukan konvergensi antara ”kanan” dan ”kiri”. Pada negara demokrasi modern partai jenis ini biasanya memiliki peluang paling besar memenangi Pemilu (lihat Prof. Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Pustaka Utama Jakarta, hlm 397-403). Jika mengacu pada teori di atas, maka PKB termasuk pada golongan partai yang mengalami konvergensi itu. Jika PKB didefinikan sebagai kelanjutan dari Partai NU yang pernah keluar sebagai juara ke-3 pada Pemilu 1955, maka PKB telah bermetamorfosa dari partai ”kanan” menjadi partai ”tengah”. Dari partai yang mengusung cita-cita ekslusif sebagaimana layaknya partai agama menjadi partai inklusif selayaknya parpol berideologi nasionalis. Dilihat dari cakupan pemilih dan rekrutmen kadernya, PKB juga gabungan dari partai massa sekaligus kader. Disebut partai massa karena memiliki jumlah pemilih yang besar (hampir 12 juta pada Pemilu 2014), disebut partai kader sebab PKB rajin melakukan pendidikan kader untuk menanamkan ideologi partai sekaligus mempersiapkan personil-personil yang akan masuk dalam kepengurusan. Visi dan Kiprah PKB Visi PKB dapat dilihat ketika Gus Dur menjadi Presiden ke-4 RI. Kebijakan-kebijakan yang diambil kala itu dinilai sebagai upaya pembumian atas cita-cita PKB: menguatkan demokrasi dan mewujudkan keadilan sosial. Pembubaran Departeman Penerangan adalah langkah Gus Dur untuk menghilangkan hegemoni negara. Penghapusan Dwi Fungsi ABRI adalah upaya untuk menyehatkan demokrasi dan membangun militer yang profesional (Abdul Malik Haramain: 2005). Gus Dur juga mendorong lompatan demokrasi dengan meletakkan dasar-dasar pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah langsung oleh rakyat. Gebrakan-gebrakan Gus Dur di bidang politik di kemudian hari turut andil menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Di bidang ekonomi Gus Dur membuat capaian yang tidak kecil. Dia mencanangkan pembangunan ekonomi yang bertumpu kepada kemampuan sendiri dan menghindari hutang Luar Negeri. Maka dia pun tercatat sebagai satu-satunya Presiden RI yang tidak menambah hutang, malah sebaliknya: mengurangi hutang LN hingga US $. 3,5 Miliar. Pada usia pemerintahannya yang singkat, cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari itu mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup mencengangkan: 9%. Yakni dari -5% di awal pemerintahannya menjadi +4% saat meletakkan jabatan (Dr Rizal Ramli: 2017). Gus Dur juga membangun kultur birokrasi yang lebih melayani. Dia dikenal sebagai presiden yang menaikkan gaji aparatur negara hingga 100%. Kebijakan ini tidak hanya berdampak kepada peningkatan kesejahteraan PNS (atau saat ini Aparatul Sipil Negara) tapi juga menaikkan kinerja mereka. Di bidang sosial, Gus Dur menghapus diskriminasi terhadap warga keturunan Tionghoa. Mengakui agama mereka, Kong Hu Cu, dan mengizinkan ekspresi kebudayaan mereka yang puluhan tahun dilarang Orde Baru. Gus Dur juga melindungi kelompok minoritas dan memberi mereka rasa aman dan nyaman hidup di wilayah NKRI. Dengan gayanya yang khas, Gus Dur juga meredam ancaman separatisme di ujung timur Indonesia (Papua) dan ujung barat (Aceh). Dia mengandalkan pendekatan dialog menggantikan operasi militer yang dipakai Orba. Itu semua adalah visi PKB yang coba dibumikan Gus Dur ketika berkuasa. Terlepas dari periode kepemimpinannya yang pendek, namun capaian pemerintahannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Kini, pada 19 tahun usianya, PKB telah menjelma menjadi partai politik yang diperhitungkan. Setelah melalui fase konsolidasi yang ”mendebarkan” di era 2005-2010, PKB bisa membangun dirinya menjadi partai solid dan lebih modern. Di bawah kepemimpinan tokoh muda, Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), PKB bergerak licah dan dinamis. Hadangan friksi, konflik internal, ancaman perpecahan dilalui dengan selamat. Kini, PKB membidik hasil yang lebih baik pada Pemilu Legislatif dan Pilpres 2019 mendatang. Untuk itu partai ini membutuhkan suntikan tenaga besar. Butuh SDM, sistem dan anggaran besar untuk memenangi Pemilu. Sebagai salah satu partai ”tengah” PKB mesti memaksimalkan ceruk besar pemilih antara lain dengan rekrutmen sumber daya profesional dari banyak latar belakang. Tenaga profesional lintas disiplin keilmuan diperlukan untuk menjawab tantangan zaman. Bersamaan dengan meningkatnya kepercayaan publik kepada partai ini maka PKB perlu mengimbangi dengan kemampuan menyuguhkan pelbagai alternatif solusi pemecahan permasalahan bangsa di bidang sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi, teknologi informasi dan sebagainya. Salah satu hal yang menjadi nilai tambah PKB dibanding partai lain adalah memiliki pemimpin muda. Abdul Muhaimin Iskandar Ketua Umum PKB berusia belum genap 51 tahun. Bandingkan dengan pimpinan parpol besar lainnya: Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (70 tahun), Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto (62 tahun), Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subiyanto (66 tahun) dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (68 tahun). Usia muda Cak Imin memberi andil atas kondisi partai yang dinamis. Inovasi dan kreatifitas selalu muncul sebagaimana khas kalangan muda pada umumnya. Pergerakannya juga relatif lebih gesit dan lincah. Di sisi lain, usia muda itu memberi waktu yang lebih panjang bagi kebutuhan konsolidasi dan penyiapan suksesi. Dalam menyikapi isu-isu terbaru misalnya, PKB relatif lebih gesit dibanding beberapa parpol lain. Dalam isu Hak Angket KPK, dengan lugas partai ini menolak angket dengan alasan dikhawatirkan akan berujung pada pelemahan KPK. PKB ingin mengirim pesan bahwa partai ini berkomitmen pada upaya pemberantasan korupsi. Sebuah isu populer yang mendapat banyak perhatian publik. PKB pun melangkah pada isu-isu populis lain seperti pembelaan nelayan, petani tebu dan pasar tradisional. Dengan modal politik yang dimiliki, ditambah terobosan-terobosan kreatif dan pemihakan yang konsisten kepada kepentingan publik, PKB bisa menjadi penantang serius pada Pemilu 2019 dan Pemilu-Pemilu selanjutnya. Dirgahayu Partai Kebangkitan Bangsa! ABDUL ARIF, Sekretaris DPW PKB Jawa Tengah. *Tulisan ini pernah dimuat di kolom Opini Suara Merdeka edisi Kamis 27 Juli 2017.
Tags :