SEA Games 2017 dalam Catatan Moeda Institute

| Minggu, 03/09/2017 00:21 WIB
SEA Games 2017 dalam Catatan Moeda Institute
SELEPAS SEA Games 2017 usai, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi akan memastikan proses pembinaan olahraga berjalan lebih baik. Hal itu disampaikannya sehubungan target perolehan medali Indonesia dalam gelaran SEA Games di Malaysia belum tercapai. Dalam pesta olahraga yang melibatkan Negara Asia Tenggara tersebut Indonesia menempati peringkat ke-5. Indonesia hanya mampu menyabet 191 medali dengan rincian; 38 emas, 63 perak dan 90 perunggu. Capaian tersebut tentu mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Sebagai menteri, Imam Nahrawi dianggap pihak yang paling bertanggung jawab atas gagalnya kontingen Indonesia memenuhi target di ajang SEA Games Kuala Lumpur 2017 tersebut. Menyikapi hal tersebut, MOEDA Institute menilai bahwa kegagalan memenuhi target pada SEA Games 2017 bukan semata-mata kesalahan tunggal Menpora. Bagaimanapun, Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan seluruh cabang olahraga yang ada di Indonesia perlu dievaluasi kaitannya dalam pembinaan cabang olahraga. Evaluasi Menyeluruh Bagi MOEDA Institute, kegagalan ini menjadi tanggung jawab bersama. Semua pihak terkait perlu bergandengan tangan untuk meningkatkan prestasi olahraga Indonesia ke depan. Ada tiga hal penting dan perlu segera dievalusi secara menyeluruh sehubungan dengan kegagalan di SEA Games 2017. Pertama,infrastruktur. Ke depan, infrastruktur olahraga harus terpenuhi. Jangan sampai ada kabar atlet kita tidak memiliki tempat untuk berlatih. Bagaimanapun, fasilitas-fasilitas olahraga yang memadai dan memenuhi standar akan menciptakan altet-atlet profesional yang nantinya menorehkan prestasi untuk Indonesia. Kedua, pembinaan usia muda. Ini menjadi suatu yang urgen dalam setiap cabang olahraga. Pembinaan pada usia muda menentukan sejauhmana prestasi olahraga Indonesia bisa berprestasi. Karenanya, pembinaan usia muda harus benar-benar diawasi, mulai dari KONI propinsi, kabupaten dan kota. Pengawasan pembinaan usia muda harus menyentuh seluruh cabang olahraga yang ada. Ketiga, pendanaan. Terkait pendanaan memang menjadi suatu yang sangat vital dalam memajukan olahraga Indonsia. Hal itu tentu menjadi perhatian serius, karena tidak ada keberhasilan yang tidak membutuhkan biaya (jer basuki mowo beo). Pendanaan untuk olahraga masih terbilang minim sedang kebutuhannya sangat besar. Tiga hal di atas harus dievaluasi secara menyeluruh agar tidak mengulang kesalahan-kesalahan serupa seperti sebelumnya. Tentu saja, dalam mengevaluasi ketiganya, Menpora tidak bisa berdiri sendirian. Pihaknya membutuhkan keterlibatan semua pihak dari lintas sektor kelembagaan untuk merajut prestasi olahraga Indonesia ke depan, termsuk BUMN-BUMN. Karenanya, mari kita semua bersama-sama mendukung langkah Menpora untuk mengevaluasi seluruh stakeholder olahraga dalam menciptakan terobosan baru. Sehingga, ke depan, infrastruktur, pembinaan dan pendanaan berjalan dengan baik. Evaluasi menyeluruh ini pun harus dijadikan langkah strategis dalam rangka menghadapi ASIAN Games yang akan berlangsung tahun depan. Redaksi
Tags :