Kemenperin Dorong Pemanfaat Kulit Buaya di Produk Kerajinan

| Jum'at, 01/01/2021 16:08 WIB
Kemenperin Dorong Pemanfaat Kulit Buaya di Produk Kerajinan Kepala BPPI Kemenperin, Doddy Rahadi (Doc: Kemenperin)

RADARBANGSA.COM - Kementerian Perindustrian mendorong pemanfaatan kulit buaya sebagai bahan kerajinan yang dinilai akan memperkuat aset daerah.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Doddy Rahadi mengatakan jika  pemasaran kulit buaya untuk bahan kerajinan telah berstatus legal sejak tahun 2018.

Perizinan ini keluar karena kulit buaya dianggap sebagai kerajinan yang membanggakan dan merupakan aset daerah.

“Walaupun sudah dilegalkan oleh pemerintah daerah, namun ada standar untuk usia buaya yang kulitnya bisa dimanfaatkan yaitu berusia di atas satu tahun atau memiliki lebar perut 12 inchi. Hal ini juga untuk menghindari eksploitasi yang berlebihan,” papar Doddy.

Ia menilai kerajinan kulit buaya dapat dikategorikan sebagai kerajinan kulit eksotik dan bernilai jual tinggi di pasar internasional. Kulit buaya yang telah disamak dapat diolah menjadi produk kulit dengan nilai jual yang sangat tinggi mulai dalam bentuk dompet atau sabuk, dengan harga paling murah berkisar Rp300.000 hingga paling mahal bisa mencapai Rp30.000.000 untuk sebuah tas golf.

“Hal ini dikarenakan motif kulit buaya yang unik dan eksotis, sehingga cocok menjadi bahan baku produk fesyen. Kualitas kulit buaya turut menentukan tingginya nilai jual, untuk itulah proses penyamakan kulit harus benar-benar diperhatikan,” imbuh Doddy.

Mengamati hal ini, Kepala BBKKP Agus Kuntoro mengatakan bahwa pihaknya secara rutin mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis di bidang pengolahan kulit dan juga bekerjasama dengan berbagai instansi pemerintah maupun pemerintah daerah, termasuk di bidang pengolahan kulit eksotik yaitu barang kerajinan dari kulit pari, ular, buaya, sisik ikan dan masih banyak lagi.

“Kami pernah mengadakan pelatihan di Kabupaten Mamberamo beberapa bulan yang lalu. Dalam pelatihan tersebut kami membimbing masyarakat untuk melakukan penyamakan kulit buaya serta membuat kerajinan dari kulit buaya,” papar Agus.

Melalui pelatihan tersebut, ia mengatakan terdapat perubahan terhadap pola masyarakat, dari yang hanya menyetor kulit mentah ke pengepul menjadi pembuat kerajinan dari kulit buaya yang tentunya mempunyai nilai tambah lebih besar dan dapat meningkakan kesejahteraan penduduk lokal.

Tags : Kulit buaya , produk kerajinan papua

Berita Terkait