Perajin Tahu Tempe Keluhkan Harga Kedelai yan Tinggi

| Jum'at, 27/01/2023 16:02 WIB
Perajin Tahu Tempe Keluhkan Harga Kedelai yan Tinggi tahu tempe (foto: nusadaily)

RADARBANGSA.COM - Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) mengeluh dengan kondisi harga kedelai yang terlampau tinggi di pasaran.

Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (DPC Hipmikindo) Kabupaten Bekasi, Eko Parmono menyampaikan, pengusaha tempe berskala kecil dan menengah mengeluhkan harga kedelai yang terlampau tinggi. Mereka (pengusaha tempe berskala kecil dan menengah) berharap harga kedelai bisa stabil dan kembali seperti sebelum pandemi Covid-19.

“Harapan dari mereka harga seperti yang dulu, artinya sampai Rp8.000 (per kg). Kalaupun seumpamanya ada kenaikan, itu mereka berharap maksimal Rp9.000,” kata Eko saat melakukan audiensi di Komisi VI DPR RI, belum lama ini.

Adapun saat ini harga kedelai di pasaran berkisar Rp13 ribu - Rp14 ribu per kilogram.

Tingginya harga kedelai membuat pengusaha tempe berskala kecil dan menengah kesulitan mengejar biaya produksi.

“Kalau yang kami tangkap dari teman-teman di lapangan, harga sekarang (kedelai) masih cenderung tinggi sehingga mereka tidak bisa mengejar biaya produksi dan menyebabkan daya jual mereka menurun,” katanya.

Dia menjelaskan, sebelum pandemi melanda, harga kedelai hanya berkisar Rp700.000 per kuintal. Namun, pada Agustus 2022 harga kedelai melonjak jadi Rp 1,4 juta per kuintal.

“Hari ini mereka baru belanja bahan tadi pagi, Rp 1,2 juta per kuintal, masih nggak ngejar biaya produksi,” sebutnya.

Pada kesempatan yang sama, salah seorang pengusaha tempe, Siti Tohiroh bercerita, dia sempat gulung tikar karena tidak kuat lagi membeli bahan baku. Dia bahkan terpaksa harus meminjam modal ke bank keliling dengan bunga yang sangat besar demi dapat produksi kembali. “Modal boleh pinjam dari bank keliling, bunganya sampai 30 persen. Misalnya pinjam Rp1 juta kembalinya jadi Rp 1,3 juta,” ucap Siti.

Dia sangat berharap harga bahan baku kedelai bisa segera stabil agar para pengusaha tempe skala kecil dan menengah bisa mendapatkan keuntungan yang layak. Sebab jika harga kedelai masih tinggi, maka pengusaha sepertinya kebingungan untuk mengambil langkah seperti apa. Selain itu, Ia juga berharap ada keberpihakan negara untuk mereka (pengusaha tempe berskala kecil dan menengah) dari sisi modal dan alat produksi modern. 

“Dikecilkan (ukuran tempe) enggak laku, digedein nggak dapat apa-apa,” ujar Siti.

 

 

Menanggapi naiknya harga, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan pihaknya mencatat semua aspirasi yang disampaikan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi sebagai pendamping pengusaha tempe berskala kecil dan menengah. “Kami akan membahas ini saat rapat dengan mitra kerja komisi VI. Terkait ketersediaan kedelai di lapangan kami akan meminta Kementerian Perdagangan dan Bulog untuk memantau ketersediaan kedelai di lapangan,” ujarnya.  

 

Sementara untuk membantu keberlangsungan UMKM yang sempat gulung tikar, Ia menyarankan DPC Hipmikindo Kabupaten Bekasi membuat  koperasi yang menaungi pengusaha tempe berskala kecil dan menengah. “Kami akan dukung dan damping  bapak dan ibu mengakses Dana Bergulir untuk  sektor Koperasi UMKM untuk membantu permodalan pengusaha tempe,” katanya. 


Dalam kesempatan itu, (rnm/aha) 

Tags : kedelai , tahu tempe ,

Berita Terkait