Pilpres dan Ajakan Cak Imin Seruput Kopi Indonesia

| Rabu, 11/04/2018 11:17 WIB
Pilpres dan Ajakan Cak Imin Seruput Kopi Indonesia Cak Imin saat menghadiri undangan makan dan ngopi bersama Presiden Jokowi di Istana (dok PKB)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Konon katanya, kopi terbukti ampuh melancarkan pembicaraan dan membereskan suatu masalah (clear up a problem). Kopi juga banyak meng­il­hami perubahan sosial-politik di dunia, terutama dikawasan yang miliki curah hujan tinggi.

Ketika ko­pi menemukan dimensi sosial­-politiknya, dia tidak hanya sebagai ko­moditas konsumsi masyarakat, tetapi juga menjadi wadah pere­kat dan pemantik diskusi-kritis. Gagasan baik bermula dari kopi yang dahsyat.

Banyak orang yang secara tidak sadar lebih bergairah atau meningkat mood-nya ketika meminum kopi. Kopi konon berkorelasi kuat pada kebahagiaan. Tak heran, kalau kopi yang maknyus lalu mampu memicu gagasan cemerlang.

Maka tak salah ketika tokoh nasional A Muhaimin Iskandar (Cak Imin) berujar, “Ditengah kemeriahan menyambut Pilpres dan Pilkada, ayo jangan lupa kita seruput (minum) kopi Indonesia tiap hari. Kita ngopi bersama, duduk bersama, ngobrol bersama bicarakan negeri ini di masa depan,” kata Cak Imin.

Ya, kopi hadir dan menjulang menjadi nomenklatur sosial-politik, bukan hanya saat ini, tapi sejak dahulu pun demikian. Ko­non katanya, Ken Arok meng­ga­lang kekuatan politiknya dari kedai-kedai kopi. Dia bahkan sukses menjadi­kan wa­rung kopi sebagai medi­um pem­belajaran politik perang sebelum merebut Kerajaan Ke­diri.

Namun justru menjadi catatan miris dan memilukan ketika suburnya bumi Nusantara tak berbanding lurus dengan kualitas dan kuantitas kopinya. Kata Cak Imin, negeri ini maha luas bagai permadani indah untuk tanaman kopi, cuma nomor tiga/empat di dunia sebagai negeri penghasil kopi. Kalah sama Brasil, Vietnam atau ditelikung oleh Kolombia!

Padahal, kopi berpotensi menjernihkan persoalan yang dari jauh terlihat begitu rumit. Asumsinya, semakin lancar dan mudah suatu bangsa menyeruput kopi setiap hari, ragam persoalan yang menimpa bisa lebih mudah terselesaikan.

“Dengan lahan 1,2 juta hektar kopi di Indonesia, baru 640 ribuan ton biji kopi dihasilkan per tahun. Itu pun cuma 0,7 ton/ha angka produktifitas Indonesia. Nomor tiga di dunia, dibawah Brasil (3 ton) dan Vietnam (1,5 ton). Kita potensial bisa di atas mereka,” beber Cak Imin.

Kendati secangkir kopi bukanlah obat, tapi mampu tumbuhkan stimulan pendorong sosok-sosok kreatif untuk melahirkan sesuatu yang bernilai. Bisa jadi, kreativitas bangsa bakal terkendala karena produksi kopi di negeri ini masih minim. Ya, bisa jadi begitu.

Tapi jangan patah arang. Semangat untuk tingkatkan kualitas dan kuantitas kopi Indonesia tak boleh pudar. Kata Cak Imin “PR kita banyak untuk memberdayakan tanaman kooi agar meningkat dalam kualitas dan kuantitas, demi kemakmuran petani kopi, devisa, juga nama Indonesia di jagad perdagangan kopi dunia.”

“Ayo minum kopi Indonesia. Kita ngobrol bicarakan masa depan Indonesia lima tahun ke depan dengan kepala dingin, santai dan berbobot. Seperti nikmatnya secangkir kopi kita. Kopi Indonesia,” pungkas Cak Imin.

Tags : Cak Imin , Jokowi , Kopi Indonesia

Berita Terkait