Bulan Ini Indonesia Dilanda Suhu Panas Ekstrim, Simak Penjelasan BMKG

| Kamis, 24/10/2019 12:02 WIB
Bulan Ini Indonesia Dilanda Suhu Panas Ekstrim, Simak Penjelasan BMKG Hampir seluruh wilayah Indonesia dilanda cuaca panas (grafik BMKG)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejumlah wilayah di Indonesia sedang ditimpa cuaca panas pada bulan Oktober 2019. Suhu udara maksimum dapat mencapai 37 °C sejak tanggal 19 Oktober lalu.

Bahkan pada tanggal 20 Oktober terdapat tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi yaitu, Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) 38.8 °C, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 °C, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 °C.

“Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir, dimana pada periode Oktober di tahun 2018 tercatat suhu maksimum mencapai 37 °C,” tulis Deputi Bidang Meteorologi, Mulyono R Prabowo di laman resmi bmkg.go.id yang dilansir redaksi pada Kamis 24 Oktober 2019.

Stasiun - stasiun meteorologi yang berada di pulau Jawa hingga Nusa Tenggara mencatatkan suhu udara maksimum terukur berkisar antara 35 °C - 36.5 °C pada periode 19 - 20 Oktober 2019. Berdasarkan persebaran suhu panas yang dominan berada di selatan Khatulistiwa, hal ini erat kaitannya dengan gerak semu Matahari.

“Seperti yang kita ketahui pada bulan September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga bulan Desember. Sehingga pada bulan Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dsb),” terang Mulyono.

Kondisi ini, lanjut dia, menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak, sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari. Selain itu pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

“Minimnya tutupan awan ini akan mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara,” katanya.

Mulyono menjelaskan, gerak semu matahari merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu udara panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Dalam waktu sekitar satu minggu kedepan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia mengingat posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering sehingga potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil pertumbuhannya.

“BMKG mengimbau masyarakat yang terdampak suhu udara panas ini untuk minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi, mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan, serta mewaspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan khususnya di wilayah-wilayah yang memiliki potensi tinggi karhutla,” imbuhnya.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yang berpotensi terjadi di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Tags : BMKG , Suhu Panas , Matahari