Radesa Institute: Stemple Pahlawan Devisa Bagi Buruh Migran Tak Cukup Tanpa Keadilan

| Selasa, 17/12/2019 12:05 WIB
Radesa Institute: Stemple Pahlawan Devisa Bagi Buruh Migran Tak Cukup Tanpa Keadilan Phamplet diskusi hari Buruh Migran Internasional yang akan digelar Radesa institute (foto istimewa)

JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Setiap tahunnya, tanggal 18 Desember diperingati sebagai hari buruh migran. Penetapan tanggal ini mengacu pada deklarasi ‘Konvensi Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya (melalui Resolusi No. 45/158) pada tanggal 18 Desember 1990  di New York Amerika Serikat.

Penetapan hari Buruh Migran Internasional tersebut seakan menjadi pengingat sejauh mana kebijakan pemerintah bisa membuat para pekerja migran sukses memperbaiki nasibnya dengan bekerja di luar negeri.

Namun nyatanya buruh migran Indonesia, terutama perempuan masih belum mendapatkan akses keadilan. Direktur Radesa Institute, Billy Ariez mengatakan, perlindungan bagi mereka belum menjadi prioritas sehingga acapkali mereka terlunta-lunta di negeri orang.

“Kita berharap aspek-aspek perlindungan mendapatkan prioritas dalam ruang kebijakan. Hak akses keadilan bagi mereka belum optimal,” kata Billy di Jakarta, Selasa 17 Desember 2019.

Menurut Billy, pemerintah belum juga mempunyai skenario dalam transisi Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 ke Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 mengenai pelayanan penempatan migran ke luar negeri.

Melihat dinamika tersebut, Radesa Institute terketuk untuk mengkaji dan mendiskusikan ragam persoalan yang membelit buruh migran Indonesia. Billy menyatakan, buruh migran tidak boleh hanya distample sebagai pahlawan devisa, sementara perlindungan bagi mereka diabaikan.

“Jadi bertepatan dengan hari Buruh Migran Internasional kami mangadakan diskusi soal ini. Kita berharap melalui diskusi ini tata kelola dan manajemen tentang BMI ini selalu dapat meminimalisir kebocoran-kebocoran pelayanan yang buruk, sehingga mereka bener-benar menjadi pahlawan devisa yang sejahera dan mensejahterakan,” tegas Billy.

Billy menambahkan, diskusi yang akan digelar Rabu, 13 Desember 2019 di kantor DPP PKB ini akan menghadirkan sejumlah pemateri kenamaan. Yaitu Presiden Sarbumusi, Syaiful Bahri Anshori, Direktur Eksekutif Migrant Care Indonesia, Wahyu Susilo, Research Director INDEF, Berly Martawardaya dan programme Officer ILO, Irham Ali Saifudin.

“Diskusi kali ini kami menghadirkan nara sumber dari migrant care, sarbumusi, peneliti ekonom Indef dan juga dari ILO,“ tutup Billy.

Tags : Buruh Migran , Radesa Institute , PKB , Billy Ariez

Berita Terkait