Ujian Solidaritas dan Spiritualitas di Tengah Pandemi

| Sabtu, 30/05/2020 09:32 WIB
Ujian Solidaritas dan Spiritualitas di Tengah Pandemi Dosen UIN SMH Banten, Fitri Raya, M.Ek (foto istimewa)

Oleh: Fitri Raya, M.Ek*

RADARBANGSA.COM - Dunia tak berdaya saat diserang oleh makhluk kasat mata ciptaan Tuhan yang bernama Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Sejak pertama kali ia muncul di muka bumi semua khalayak sibuk mempersiapkan antisipasi agar tidak terdampak, walaupun terdampak tidak begitu signifikan.

Dampak Covid-19 bukan hanya membuat ekonomi terganggu, tetapi manusia juga bertumbangan. Covid-19 bukan hanya dikhawatirkan oleh negara-negara adidaya. Tetapi juga sedang ditakuti di Indonesia.

Dari mulai China, Amerika, Eropa, Saudi Arabia, dan negara lain di dunia, termasuk Indonesia sedang berjuang untuk melawan covid-19. China sudah hampir pulih. Amerika sedang kerepotan dan dalam tekanan karenanya.

Eropa gagap dalam memerangi Covid-19. Saudi Arabia megap-megap dalam menghadapi makhluk kecil tersebut. Dan Indonesia pun, sedang berjuang keras, menghadapi serangannya, yang makin hari korbannya makin bertambah. Baik yang meninggal dunia, maupun yang terinfeksi.

Walaupun awalnya ada sebagian orang menganggap Covid-19 tidak akan sampai ke Indonesia, namun pada kenyataannya awal Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama positif Covid-19 di Indonesia.

Hampir 3 bulan Indonesia dilanda pandemi Covid-19, berbagai kebijakan yang diambil oleh pemerintah sebagai upaya memutus mata rantai penularan Covid-19 ini. Mulai dari stay at home (kerja, belajar dan ibadah di rumah), jaga jarak, Physical distancing dan PSBB.

Selain itu untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terdampak Covid-19 pemerintah menggelontorkan anggaran besar baik dengan skema subsidi ataupun bantuan langsung. ini merupakan ikhtiar pemerintah untuk melindungi negara dan warga negaranya.

Solidaritas dan Spiritualitas Pilar Utama

Dampak Covid-19 ini sangat luar biasa. Ekonomi menjadi macet. Politik kembang kempis. Pilkada diundur. Pengusaha gulung tikar. PHK terjadi di mana-mana. Kasus kelaparan satu persatu menyeruak ke publik. Dan angka kriminalitas makin tinggi.

Covid-19 memang menjadi ujian bagi rakyat dan bangsa ini. Ujian bagi rakyat, apakah siap untuk menghadapinya di tengah bayang-bayang perut kosong dan kelaparan. Akankah rakyat miskin bisa bertahan. Ataukah akan mati pelan-pelan. Ujian juga bagi bangsa ini.

Apakah pemerintah siap dan sigap dalam membendung arus penyebaran Corona yang begitu masif. Ataukah lambat dalam bertindak. Sehingga banyak masyarakat yang kelaparan. Yang bisa menjawab dan menilai tentu kita semua.

Kita tentu tak ingin melihat, sesama anak bangsa jatuh berguguran karena tak bisa makan. Mati karena perut keroncongan. Meninggal karena tak punya nasi untuk dimakan. Saat ini, saatnya untuk menumbuhkan solidaritas antar sesama.

Rasa solidaritas dalam kondisi seperti ini adalah hal utama. Saling membantu, tolong menolong, gotong royong, dan saling mengingatkan antar sesama adalah langkah yang bisa dilakukan.

Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang lemah, tidak harus menunggu bantuan pemerintah. Bergerak bersama untuk menghadapi pandemi ini. Kebersamaan inilah yang akan mengalahkan "perang" yang sedang dihadapi saat ini.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengajak seluruh masyarakat Indonesia meningkatkan solidaritas sosial untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

Dengan angka kemiskinan yang bertambah dan banyak orang kehilangan pekerjaan, tuntutan untuk memberi makan orang miskin dan saling membantu antar sesama menjadi lebih penting.

Selain itu tingkat spiritualitas pun sedang diuji. Ibadah puasa di bulan Ramadan yang biasanya disambut dengan uforia umat Islam dengan memakmurkan masjid, tadarus bersama dan bahkan buka bersama semua ditiadakan, karena dikhawatirkan memperparah penyebaran covid-19. Sehingga ibadah Ramadan semuanya dilakukan di rumah masing-masing.

Begitu pula dengan perayaan Idulfitri. Kita semua merasakan betapa ada sekat perbedaan yang sangat jauh dibanding perayaan-perayaan Idulfitri tahun sebelumnya. Silaturahim terkekang, tradisi mudik hilang, bahkan sungkem orang tua pun tak bisa dilakukan sebagian orang.

Namun, ibadah yang kita lakukan di rumah bersama keluarga bahkan silaturrahmi Idulfitri yang dilakukan secara virtual tidak akan mengurangi nilai dan keberkahannya.

Sungguh sebuah ujian yang berat bagi umat manusia. Namun kita semua tidak bisa hanya berpangku tangan. Justru alangkah baiknya kita bergandengan tangan, bersama-sama melawan pandemi Covid-19, apapun dan bagaimanapun caranya.

*Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Tags : Covid19 , Fitri Raya , Solidaritas , Spiritualitas

Berita Terkait