Harga Telur Naik, Ini Sederet Penyebabnya

| Kamis, 25/08/2022 11:45 WIB
Harga Telur Naik, Ini Sederet Penyebabnya Telur Infertil dan Telur Ayam Ras (Doc: Tribunnews)

RADARBANGSA.COM - Kementerian Perdagangan mengungkapkan penyebab naiknya harga telur ayam ras ke level Rp30.000 per Kg saat ini.

Dalam keterangannya, Plt Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra menjelaskan kenaikan permintaan hingga 60% pasca pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi salah satu alasannya.

“Permintaan terhadap telur ayam ras dengan sangat signifikan yaitu sebesar 60 persen untuk memenuhi konsumsi rumah tangga; horeka hotel, restoran, dan kafe (horeka); serta industri makanan dan minuman,” urai Syailendra.

Akibat kenaikan permintaan tersebut, lanjut Syailendra, tidak sedikit pedagang besar yang meningkatkan stok telur untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat, selain untuk keperluan mendukung program bansos/penyaluran telur kepada masyarakat.

Syailendra juga mengungkapkan, kenaikan harga telur ayam ras di tingkat eceran terjadi akibat kenaikan harga di tingkat peternak sejak Mei 2022 yang menyentuh Rp24.000/kg.

“Harga telur ayam ras selanjutnya terus meningkat hingga saat ini. Sementara harga jual di tingkat peternak dipengaruhi oleh tingginya Harga Pokok Produksi (HPP) peternak yang saat ini berkisar Rp21.000-Rp22.000/kg,” sambung dia  

Saat ini, rata-rata nasional telur ayam ras di tingkat eceran sekitar Rp31.000/kg pada 23 Agustus 2022, atau mengalami kenaikan sekitar 2,9 persen dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik sekitar 6,1 persen dibandingkan sebulan sebelumnya.

Sementara itu, harga telur ayam ras di tingkat peternak sebelumnya tidak pernah menembus Rp22.000/kg sejak Januari 2021 kecuali pada Desember 2021.

Berdasarkan informasi dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia, rata-rata nasional telur ayam ras di tingkat peternak sekitar Rp27.500/kg pada 22 Agustus 2022, atau meningkat sekitar 1,6 persen dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik sekitar 8,8 persen dibandingkan sebulan sebelumnya.

Tingginya HPP peternak yang berkisar Rp21.000--Rp22.000/kg tersebut dipengaruhi tingginya harga bahan baku pakan (sekitar 65 persen dari HPP), baik yang berasal dari dalam negeri seperti jagung, maupun bahan baku asal impor seperti soy bean meal (bungkil kedelai) dan meat bone meal (tepung tulang dan daging).

HPP tersebut kemudian mempengaruhi harga jual pada tingkat peternak dalam kondisi normal berkisar Rp22.000--Rp24.000/kg, yang kemudian berakibat pada harga eceran telur ayam ras yang seyogyanya berada pada kisaran Rp27.000--Rp28.000 per kg.

Syailendra mengungkapkan, pada periode Februari—Maret 2022, harga telur ayam ras di tingkat peternak sempat menurun yang membuat para peternak ayam petelur melakukan afkir dini (pengurangan populasi) hampir 30 persen untuk mengurangi beban produksi dan kerugian.

“Replacement stock ayam petelur di kandang peternak pasca afkir dini membutuhkan waktu beberapa bulan sebelum kembali ke performa yang baik, sehingga pasokan telur ayam ras saat ini pun dapat dikatakan belum kembali normal,” jelas Syailendra.

Syailendra mengimbau para peternak maupun pedagang agar dapat turut serta mendukung pemerintah untuk menahan dan meredam laju kenaikan harga telur ayam ras.

“Dengan stabilitas harga telur ayam ras yang terjaga, akan tercapai iklim usaha telur ayam ras yang kondusif baik bagi peternak, pedagang, maupun masyarakat selaku konsumen,” pungkas Syailendra.

Tags : Telur , Harga Telur

Berita Terkait