Waspadai Pelemahan Mata Uang EM Akibat Reli Dolar AS

| Rabu, 01/03/2023 11:29 WIB
Waspadai Pelemahan Mata Uang EM Akibat Reli Dolar AS Mata uang Dolar AS terus menguat hingga Rp 14.999 per dolar, Rabu (5/9). (Foto: tribunnewscom)

RADARBANGSA.COM - Mengawali Maret 2023 penguatan Dolar AS menimbulkan gejolak pasar bagi mata uang Negara Emerging Market.

Sebelumnya, Investor memprediksi dolar akan masuk ke dalam tren pelemahan multi-tahun menyusul pelonggaran kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve. Namun pimpinan Bank Sentral itu masih memberikan sinyal Hawkish untuk menurunkan Inflasi sesuai target.

Kewaspadaan ini disampaikan Pengelola pasar uang dari abrdn yang mengatakan kemungkinan pelemahan mata uang Negara Emerging Market akibat reli dolar baru - baru ini.

"Kami mengkhawatirkan masalah taktikal yang lebih mendasar, bahwa mata uang EM bergerak terlalu jauh, terlalu cepat," kata James Athey, direktur investasi manajemen suku bunga di abrdn, London dikutip Bloomberg, Selasa 1 Maret 2023.

 "Federal Reserve belum selesai melakukan kenaikan, masih ada banyak ketidakpastian seputar prospek inflasi, dan kami sepenuhnya memperkirakan resesi AS/global dalam enam hingga 12 bulan ke depan," imbuhnya.

Ketidakpastian itu terlihat sepenuhnya pada hari Jumat setelah akselerasi yang mengejutkan dalam indeks harga acuan yang disukai Fed yang mendukung peluang suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dan mendorong dolar.

Penurunan lebih parah terjadi pada tolok ukur mata uang negara berkembang, mendorongnya untuk menghapus kenaikan year-to-gains pada Senin kemarin. Indeks sekarang menuju bulan terburuk sejak September.

Baht Thailand kehilangan semua kejayaaannya di awal tahun 2023, yang didukung oleh optimisme bakal segera kembalinya turis China. Rand Afrika Selatan – yang sering dilihat sebagai proksi minat terhadap aset  risiko – kembali ke level yang terlihat pada akhir 2022.

Bahkan sebelum lonjakan dolar pada Jumat pekan lalu, abrdn telah mengambil sikap netral pada kelompok aset ini, mencari valuasi yang akan turun dan mencerminkan resesi. Investor di Fidelity International sekarang membeli dolar dengan menjual peso Filipina dan zloty Polandia.

Dibantu oleh siklus inflasi domestik dan komoditas, peso Meksiko dan sol Peru sejauh ini mampu melawan tren dan menguat terhadap dolar di sepanjang Februari.

Alvin Tan, kepala strategi FX Asia di RBC Capital Markets, Singapura mengatakan beberapa mata uang Asia tertentu juga memiliki posisi yang lebih baik untuk menahan periode penguatan dolar, terutama jika kebijakan moneter yang terlalu ketat memicu resesi ekonomi di negara-negara besar.

"Won Korea dan baht Thailand masih terlihat relatif murah bagi saya," ujarnya.

Tags : Kurs , Rupiah

Berita Terkait