Kiai Munawir: Pesantren Mampu Bertahan Karena Tiga Pilar
JAKARTA, RADARBANGSA.COM - Pondok Pesantren di Indonesia telah ada sejak zaman dulu sebelum Indonesia merdeka. Meskipun zaman terus berubah, namun pesantren bisa tetap bertahan.
Ada sejumlah rahasia sehingga keberadaannya terus lestari hingga saat ini. Hal tersebut disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar Citangkolo, Kota Banjar, Jawa Barat, KH Munawir.
“Ada tiga pilar pokok yang dimilki pesantren. Pertama, adalah shalat berjamaah, kedua yakni membaca al-Qur’an, dan ketiga yaitu rajin ngaji dan sekolah,” katanya, Selasa, 26 Februari 2019.
Di pesantren ini, para santri diwajibkan untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah. “Karena itu di pesantren ini setiap pekan pasti khatam al-Quran lantaran setiap shalat mampu mengkhatamkan satu juz,” jelasnya.
Bagi kiai yang menghabiskan puluhan tahun dengan nyantri di berbagai pesantren di dalam dan luar negeri tersebut, shalat jamaah menjadi sarana untuk uswatun hasanah atau teladan baik. “Dalam artian sarana keteladanan kiai kepada para santri,” ucapnya seperti dilansir dari laman nu.or.id.
Demikian pula Kiai Munawir mengemukakan bahwa untuk dapat menjawab tantangan zaman dengan dinamika yang melingkupi, maka harus terbuka dengan perubahan. “Sama seperti yang dilakukan Nahdlatul Ulama yakni almuhafadhatu ala qadimis shalih wal akhdu bil jadidil ashlah,” urainya.
"Dengan demikian, pesantren akan mempertahankan budaya lokal, dan mengambil hal baru yang lebih baik dari perubahan yang ada," tambahnya.
Ngaji kitab dan sekolah adalah ikhtiar bagi pesantren untuk bisa menerima perubahan dan perkembangan zaman. “Ngaji kitab itu adalah semangat mempertahankan budaya lama yang baik. Sedangkan sekolah sebagai sarana untuk adaptasi dengan perubahan zaman," kata Kiai Munawir.
Baginya, dengan mempertahankan tiga pilar tersebut, maka keberadaan pesantren tidak akan terpengaruh dengan perkembangan zaman. “Kalau tiga pilar itu tetap dipertahankan, maka pengaruh zaman tidak akan berpengaruh bagi keberadaan pesantren,” tegasnya.
Apalagi hal tersebut juga dikuatkan dengan ketaatan santri kepada perintah kiai. “Selama santri sam’an wa thaatan kepada yang disampaikan kiai, saya tidak khawatir mereka akan terpengaruh dengan perubahan zaman,” tandasnya.
Sebagaimana diketahui, Pesantren Miftahul Huda Al-Azhar menjadi tuan rumah diselenggarakannya Musyawarah Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama. Kegiatan berlangsung sejak 27 Februari hingga 1 Maret, dan dihadiri 660 peserta.
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Kalahkan Korea Selatan, Indonesia Lolos ke Semifinal Piala Thomas 2024
-
BNPB Sebut Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Ruang Hingga 14 Mei
-
BPBD Tangerang Minta Masyarakat Waspadai Perubahan Cuaca
-
Komisi VIII DPR RI Dorong Penambahan Kuota Haji Indonesia
-
Resmi Cerai, Teuku Ryan Wajib Beri Nafkah 10 Juta Per Bulan ke Ria Ricis