Ketika Terjadi Bencana, Jangan Berdoa Meminta Kesabaran

RADARBANGSA.COM - Ketika kita mendengar teman atau saudara dekat kita terkena musibah dan bencana, seringkali kita menyarankan mereka untuk bersabar dan berdoa agar mereka diberikan kesabaran atas bencana yang dialami. Namun, Hal tersebut tidak dianjurkan karena menjadi toxic positivity yang justru akan menimbulkan dampak emosional yang berakibat buruk.

Toxic positivity adalah sebuah ungkapan yang mengarah pada perilaku untuk selalu optimis pada sebuah harapan dan suasana yang baik, walaupun pada situasi yang sedang negatif atau stres. Ada kalanya kita sadar bahwa kita sedang tertimpa musibah dan meminta kepada Allah SWT untuk menghentikan/mengangkat musibah tersebut. Bukan meminta diberikan kesabaran, walaupun secara sekilas doa tersebut memang hal mulia.

Mengutip NU Online, meminta sabar atas musibah sama saja dengan meminta musibahnya terus terjadi. Permintaan kesabaran seolah menunjukkan bahwa musibah itu adalah sesuatu yang harus terjadi tanpa bisa diintervensi oleh Allah sehingga meminta bantuan Allah untuk menghadapinya. Padahal, Allah sangat mampu mengangkat musibah itu kapan pun. Dalam sebuah hadis disebutkan:  

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَتَى عَلَى رَجُلٍ وَهُوَ يُصَلِّي وَهُوَ يَقُولُ فِي دُعَائِهِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الصَّبْرَ. قَالَ: سَأَلْتَ الْبَلَاءَ فَسَلِ اللَّهَ الْعَافِيَة

“Sesungguhnya Rasulullah mendatangi seorang lelaki yang sedang salat. Lelaki itu berdoa dalam salatnya: “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kesabaran kepada-Mu”. Rasulullah bersabda: “Engkau telah meminta musibah, maka mintalah kepada Allah keselamatan.” (HR. Ahmad)

Sebagai manusia kita tidak selalu dituntut untuk bersikap optimis dan positif, ada kalanya kita mengaku sebagai mahluk yang lemah yang membutuhkan rahmat Allah SWT. Seharusnya kita sadar bahwa musibah tidak ada yang datang selain karena Allah SWT, maka berdoalah agar musibah tersebut diangkat, bukan meminta sabar dalam menghadapinya.