Hukum Membatalkan Puasa Sunah dengan Sengaja

| Rabu, 17/03/2021 16:40 WIB
Hukum Membatalkan Puasa Sunah dengan Sengaja Membatalkan Puasa (foto:suara.com)

RADARBANGSA.COM -  Ketika sedang melaksanakan puasa sunah di bulan-bulan istimewa ataupun pada hari Senin dan Kamis, seringkali bersamaan dengan waktu yang kurang tepat dan bentrok dengan uzur, atau halagan seperti kedatangan tamu dan menemani tamu untuk makan bersama. Hal tersbut mengakibatkan puasa harus berhenti ditengah jalan, lalu bagaimana hukum membatalkan puasa sunah dengan sengaja?

Perihal membatalkan puasa karena uzur, para ulama berbeda pendapat masalah hal ini, dijelaskan dalam keterangan Ibnu Rusyd berikut ini:

وأما حكم الإفطار في التطوع فإنهم أجمعوا على أنه ليس على من دخل في صيام تطوع فقطعه لعذر قضاء. واختلفوا إذا قطعه لغير عذر عامدا فأوجب مالك وأبو حنيفة عليه القضاء. وقال الشافعي وجماعة: ليس عليه قضاء

Artinya, “Adapun hukum membatalkan puasa sunah, ulama bersepakat bahwa tidak ada kewajiban kada bagi mereka yang membatalkan puasa sunahnya karena uzur tertentu. Tetapi ulama berbeda pendapat perihal mereka yang membatalkan puasa sunah dengan sengaja (tanpa uzur tertentu). Imam Malik dan Abu Hanifah mewajibkan kada puasa sunah tersebut. Tetapi Imam As-Syafi’i dan sekelompok ulama lainya mengatakan bahwa ia tidak wajib menada puasa sunah yang dibatalkannya,” (Lihat Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 2013 M/1434 H], cetakan kelima, halaman 287).

Ketika batalnya puasa sunah karena uzur atau halangan, maka orang tersebut tidak diwajibkan untuk mengada puasa sunah yang telah dibatalkannya. Namun, ulama berbeda pendapat jika puasa sunah tersebut dibatalkan karena disengaja, Imam malik dan Abu Hanifah  menganalogikan puasa sunah ini dengan ibadah haji dan tidak mewajibkan untuk mengada puasa tersebut. Sedangkan ulama Imam Syafii menganalogikan puasa sunah itu dengan ibadah salat dan tidak wajib mengada puasa sunnah yang ditinggalkannya. 

Imam Syafii tetapi juga menganjurkan untuk mengada puasa bagi mereka yang membatalkan puasa sunah ditengah jalan, dan juga menghukumi makruh membatalkan puasa karena disengaja jika tidak ada uzur tertentu. Hal ini disebutkan dalam Kitab Kifayatul Akhyar berikut ini:

ومن شرع في صوم تطوع لم يلزمه إتمامه ويستحب له الإتمام فلو خرج منه فلا قضاء لكن يستحب وهل يكره أن يخرج منه نظر إن خرج لعذر لم يكره وإلا كره

Artinya, “Orang yang sedang berpuasa sunah tidak wajib merapungkannya (hingga maghrib). Tetapi ia dianjurkan untuk merampungkannya. Jika ia membatalkan puasa sunah di tengah jalan, tidak ada kewajiban kada padanya, tetapi dianjurkan mengadanya. Apakah membatalkan puasa sunah itu makruh? Masalah ini patut dipertimbangkan. Jika ia membatalkannya karena uzur, maka tidak makruh. Tetapi jika tidak karena uzur tertentu, maka pembatalan puasa sunah makruh,” (Lihat Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 174).

Mmebatalkan puasa karena menghormati dan menjamu tamu yang sedang berkunjung ke rumah, maka dihukumi sebagai uzur atau halangan. Dijelaskan dalam Kitab Kifayatul Akhyar berikut ini:

ومن العذر أن يعز على من يضيفه امتناعه من الأكل ويكره صوم يوم الجمعة وحده تطوعا وكذا إفراد يوم السبت وكذا إفراد يوم الأحد والله أعلم

Artinya, “Salah satu uzur syar’i adalah penghormatan kepada orang yang menjamunya yang mencegahnya untuk makan. Makruh juga puasa sunah hari Jumat semata. Sama makruhnya dengan puasa sunah hari Sabtu semata atau hari Ahad saja. Wallahu a‘lam,” (Lihat Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut, Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 174).

Tags : Puasa , Sunah , Batal

Berita Terkait