Benarkah Tidurnya Orang yang Sedang Berpuasa adalah Ibadah?

| Senin, 19/04/2021 15:45 WIB
Benarkah Tidurnya Orang yang Sedang Berpuasa adalah Ibadah? tidur (sumber:nu.or.id)

RADARBANGSA.COM - Salah satu hadis yang populer di perbincangkan di dalam bulan Ramadan adalah tidurnya orang yang sedang berpuasa akan dihitung sebagai ibadah. Berpuasa memang memiliki banyak keutamaan di dalamnya. Namun, hadis ini seringkali di salah gunakan dan dijadikan sebuah alasan untuk bermalas-malasan ketika sedang berpuasa. Lalu bagaimana maksud hadis tersebut yang sebenarnya?

Berikut hadis yang membahas menganai hal ini:

نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ وَصُمْتُهُ تَسْبِيْحٌ وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ وَذَنْبُهُ مَغْفُوْرٌ  

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, diamnya adalah tasbih, amal ibadahnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan, dan dosanya diampuni” (HR Baihaqi).

Bersikap malas-malasan dan lebih banyak tidur bertentangan dengan adab dalam menjalankan ibadah puasa. Imam al-Ghazali menjelaskan salah satu adab berpuasa adalah untuk tidak memperbanyak tidur pada siang hari:

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه  

“Sebagian dari tata krama puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih” (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumid Din, juz 1, hal. 246)

Tidur juga dapat bernilai positif ketika dimaksudkan untuk mempersiapkan fisik dalam menjalankan ibadah, kitab Ittihaf sadat al-Muttaqiem menerangkan hal ini:

نوم الصائم عبادة ونفسه تسبيح وصمته حكمة، هذا مع كون النوم عين الغفلة ولكن كل ما يستعان به على العبادة يكون عبادة

“Tidurnya orang puasa adalah ibadah, napasnya adalah tasbih, dan diamnya adalah hikmah. Hadis ini menunjukkan bahwa meskipun tidur merupakan inti dari kelupaan, namun setiap hal yang dapat membantu seseorang melaksanakan ibadah maka juga termasuk sebagai ibadah” (Syekh Murtadla az-Zabidi, Ittihaf Sadat al-Muttaqin, juz 5, hal. 574).

Tidur ketika berpuasa dengan tujuan agar lebih bersemangat dalam menjalankan ibadah akan dihitung sebagai sebuah ibadah. Namun, hal ini tidak berlaku juka seseorang mengotori puasanya dengan melakukan perbuatan maksiat seperti menggunjing orang lain. Ibnu Hajar al-Haitami menjelaskan mengenai hal ini:  

قال أبو العالية: الصائم فى عبادة ما لم يغتب أحدا، وإن كان نائما على فراشه، فكانت حفصة تقول: يا حبذا عبادة وأنا نائمة على فراشي

“Abu al-Aliyah berkata: orang berpuasa tetap dalam ibadah selama tidak menggunjing orang lain, meskipun ia dalam keadaan tidur di ranjangnya. Hafshah pernah mengatakan: betapa nikmatnya ibadah, sedangkan aku tidur diranjang” (Ahmad ibnu Hajar al-Haitami, Ittihaf Ahli al-Islam bi Khushushiyyat as-Shiyam, hal. 65).

Syekh Nawawi al-Bantani juga mengatakan hal yang sama: 

وهذا في صائم لم يخرق صومه بنحو غيبة، فالنوم وإن كان عين الغفلة يصير عبادة، لأنه يستعين به على العبادة.

“Hadis ‘tidurnya orang berpuasa adalah ibadah’ ini berlaku bagi orang berpuasa yang tidak merusak puasanya, misal dengan perbuatan gibah. Tidur meskipun merupakan inti kelupaan, namun akan menjadi ibadah sebab dapat membantu melaksanakan ibadah” (Syekh Muhammad bin ‘Umar an-Nawawi al-Bantani, Tanqih al-Qul al-Hatsits, Hal. 66)  

Bagi orang yang mengotori ibadah berpuasanya dengan perbuatan maksiat, maka akan kehilangan keutamaan (fadhilah) berpuasa. Seperti halnya keutamaan tidurnya sebagai ibadah bagi orang yang berpuasa. 

 

 

Tags : Berpuasa , Tidur , Ibadah

Berita Terkait