HNW Ajak Aktivis Mahasiswa Kuatkan Intelektualisme dan Tak Alergi Politik

| Senin, 17/10/2022 17:05 WIB
HNW Ajak Aktivis Mahasiswa Kuatkan Intelektualisme dan Tak Alergi Politik Dokumentasi Humas MPR RI

JAKARTA - Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid mengharapkan para aktivis mahasiswa yang terhimpun dalam Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) se Jakarta, Depok dan Bekasi untuk menguatkan sisi aktivismenya dengan mengokohkan komitmen kebangsaan, intelektualisme, dan keberanian untuk melanjutkan peran mensejarah, yang sudah dicontohkan oleh aktivis pemuda sebelumnya seperti Jong Islamieten Bond. Dengan menguatkan intelektualisme dan aktivismenya, maka para mahasiswa bisa melanjutkan sejarah dan mengulangi peran-peran yang telah dilakukan anak muda muslim Jong Islamieten Bond dalam Sumpah Pemuda, maupun peran para pendiri bangsa yang terlibat langsung menghadirkan Indonesia merdeka.

“Agar tidak kehilangan orientasi, para aktivis mahasiswa harus menguasai dan memahami sejarah bangsa. Dengan itu idealisme dan aktivismenya akan terjaga secara baik dan benar. Mereka perlu memahami bagaimana kiprah anak-anak muda yang tergabung dalam Jong Islamieten Bond, juga para pendiri bangsa anggota BPUPKI, Panitia Sembilan, anggota PPKI. Mereka semua adalah anak-anak muda, orang-orang terpelajar dan sekaligus juga aktivis. Mahasiswa generasi milenial, yang menikmati kemerdekaan Indonesia hasil perjuangan pemuda-pemuda pahlawan bangsa, tidak boleh kalah, bahkan penting menjadikan keteladanan mereka sebagai bingkai ideologi, intelektualisme dan aksi,” kata Hidayat Nur Wahid ketika menerima pengurus FSLDK Jakarta, Depok, dan Bekasi (Jadebek), di Ruang Kerja Wakil Ketua MPR, Gedung Nusantara III Lantai 9, Kompleks MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Senin (17/10/2022).

Menurut Hidayat Nur Wahid, para pendiri bangsa yang terlibat secara langsung hadirkan Indonesia merdeka, seperti BPUPKI, Panitia Sembilan, PPKI adalah orang-orang yang sangat cerdas dan terpelajar serta aktivis organisasi baik organisasi politik maupun organisasi massa. Ini mudah terlihat dari gelar-gelar akademik yang disandang para pendiri bangsa, seperti Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Mr. Mohammad Yamin, K.H. Abdoel Kahar Moezakir yang kuliah sampai ke Universitas Al Azhar Mesir, maupun otodidak H. Agus Salim, yang menguasai banyak bahasa asing, maupun yang nyantri di Indonesia tapi sangat berbobot seperti KH Wahid Hasyim.

Untuk itu, kata Hidayat, para mahasiswa muslim yang tergabung dalam FSLDK perlu menguatkan sisi intelektualisme, dan aktivismenya untuk memaksimalkan kontribusi kebangsaan.

“Anak-anak muda sekarang dan ke depan, generasi milenial, Z dan alpha, menghadapi tantangan kompetisi eksistensi dan profesionalitas yang tinggi. Jadi, tidak cukup hanya sekadar menamatkan kuliah atau menjadi aktivis. Profesionalitas dan keberanian berperan, juga sangat penting. Profesionalitas ini menjadi tantangan dan FSLDK yang menghimpun mahasiswa muslim, harus peduli dengan tantangan zaman ini. Karena itu juga ajaran inti Islam untuk menjadi rahmatan lil alamin,” kata HNW, sapaan Hidayat Nur Wahid.

HNW menambahkan profesionalime itu bisa diartikan melanjutkan sejarah sehingga bisa mengulangi dan melanjutkan peran-peran yang telah dilakukan anak-anak muda generasi Jong Islamieten Bond, atau yang nantinya berperan sebagai para pendiri bangsa. Peran-peran itu semakin mutlak diperlukan menghadapi tantangan saat ini dan ke depan.

“Sehingga kegiatan FSLDK menjadi kegiatan yang melanjutkan sejarah agar mahasiswa tidak antipolitik, justru berani tampil berperan konstruktif untuk bangsa dan NKRI, karena mereka sudah mempunyai landasan ideologis dan aktivisme yang kuat, sehingga mereka tidak gamang untuk memberi kontribusi bagi umat, bangsa, dan untuk menyelamatkan Indonesia dari beragam hal yang ingin mengembalikan penjajahan terhadap bangsa ini,” jelasnya.

Tags : MPR RI , HNW

Berita Terkait