PM Inggris Mundur Usai Terbitkan Kebijakan yang Merugikan

| Jum'at, 21/10/2022 12:10 WIB
PM Inggris Mundur Usai Terbitkan Kebijakan yang Merugikan Perdana Menteri Inggris Liz Truss menyampaikan pidato di luar Jalan Downing, London. (Foto: Henry Nicholls/REUTERS)

RADARBANGSA.COM - Perdana Menteri Inggris, Liz Truss, mengumumkan pengunduran diri pada Kamis Malam.

Liz Truss yang juga menjadi perwakilan Partai Konservatif itu mundur hanya berselang 45 hari setelah ia terpilih. Truss mundur karena semakin banyak pihak menuntutnya lengser, termasuk orang dalam kabinetnya sendiri.

"Saya tidak bisa meneruskan mandat yang membuat saya dipilih oleh Partai Konservatif," ujar Truss saat mengumumkan pengunduran dirinya, dikutip Jumat 20 Oktober 2022.

Namun, Truss menyatakan bahwa ia akan tetap memimpin Inggris hingga penggantinya terpilih. Inggris bakal menggelar pemilihan PM baru pekan depan.

Truss mundur di tengah desakan publik karena berbagai krisis yang masih terus mencekik Inggris setelah ia berkuasa.

Ia sempat meminta maaf atas kesalahan kebijakannya yang menyebabkan banyak investor kabur sehingga krisis ekonomi kian buruk di tengah ancaman resesi.

Salah satu kebijakan yang ia jalankan adalah memangkas tarif pajak yang didanai dengan penerbitan surat utang.

Adapun estimasi dana yang dikeluarkan pemerintah untuk memangkas tarif pajak adalah senilai 45 miliar poundsterling (GBP) atau setara dengan Rp 786 triliun.

Namun naasnya, sumber pendanaan melalui pernerbitan obligasi itu sepi peminat. Yang menyebabkan imbal hasil obligasi Inggris menyentuh 4 persen, nilai tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir.

Pasca kejadian tersebut, Truss memutuskan memecat Menteri Keuangan, Kwarteng, dan menggantinya dengan Jeremy Hunt.

Tiga hari setelah menjabat, Hunt memutuskan untuk mencabut hampir seluruh kebijakan pajak yang direncanakan Truss dan Kwarteng.

Truss sebenarnya, memiliki gagasan untuk mendorong pertumbuhan, yakni menjaga stabilitas moneter, inflasi, dan fiskal. Sayangnya, di tengah situasi seperti ini  kebijakan utama harusnya justru menenangkan pasar dengan kebijakan yang realistis.

Tags : Lizz Truss , Inggris , Konservatif

Berita Terkait