Lomba Cerpen Santri 2018

Butir Tasbih di Balik Asma-Mu

| Kamis, 08/11/2018 09:03 WIB
Butir Tasbih di Balik Asma-Mu Dok Radarbangsa

Oleh: Khuzaimah

RADARBANGSA.COM - “Teettt…” Nyaring bel tepat di atas kepalaku, menarik jari-jariku untuk segera menutup telinga atau jika tidak daun telingaku akan gugur seperti daun beringin jatuh di atas teras. Kamar-kamar yang berderet berguguran pula.

Celotehku dalam hati dan mungkin fikiran mereka juga sama sepertiku atau ada yang tetap nyeyak dengan selimut sarungnya yang ditarik (semakin) ke atas membungkus seluruh badanya. Seperti biasa bel berbunyi pertanda jarum jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, adalah waktu qiyamullail bagi penghuni bangunan tua ini. Iya, bangunan ini sudah tua seumuran peninggalan kakek para sesepuh.  Tapi walaupun begitu kekuatanya tak ubahnya besi baja.

Bangunan ini merupakan asrama kecil suci dan atap kirinya bersinggungan dengan atap bagian kanan masjid pondok pesantren Hidayatul Muttaqin. Pondok pesantren ini tak lapuk dimakan usia dengan ketuaanya di dusun Pangabasen, dan jauh darai debu dan asap kota juga maksiat yang tak pernah melintas.

“Banghun… bangun… bangun…” usai salat tahajjud aku langsung bergegas ke kamar sebelah yang penghuninya masih ngorok, seperti biasa yang bandel mendapat usikan dari hentakan sajadah hitam bercorak putih, aku semakin mengeraskan suaraku biar tidak tidur di kamar mandi hahaha... lucu sekali, ada sebagian yang tertidur di kamar mandi karena memang hobi tidur seperti kisah Ashabul Kahfi..

“Muhammad…!”

“Dhalem¹ kiai,” sambil kutundukkan kepala dihadapan Kiai H. Hasani Syahid pengasuh pondok pesantren ini.

“Bagaimana, sudah tahajjud semua…?” periksa beliau.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait