Lomba Cerpen Santri 2018
Pesantren Salafi
Oleh: Lilis Dita Nur Azizah
RADARBANGSA.COM - ak habis pikir, karena kesalahan yang kubuat dan menurutku sangat biasa. Ternyata menurut kedua orangtuaku itu adalah kesalahan yang sangat fatal. Malam itu rasanya aku ingin ditenggelamkan saja dari muka bumi ini atau langsung menyuruh malaikat Izrail mencabut nyawaku. Hanya ada dua pilihan untukku sekarang, masuk ke pesantren atau aku akan direhabilitasi. Itu berarti aku terkurung seperti burung di dalam sangkar.
“Apa yang kamu lakukan di luar sana sangat mengecewakan Ayah dan Ibumu...!! Ternyata selama ini Ayah salah menilaimu, kupikir kamu sering keluar malam layaknya anak laki-laki pada umumnya,” bentak ayah dengan berdiri tegak sambil menunjuk-nunjuk wajahku.
Tubuhku langsung gemetar ketika ayah membentakku, aku menunduk.
“Maafkan aku Yah..!! Aku tertekan dengan semua ini, Ayah selalu menyuruhku ngaji, sholat, puasa, aku juga ingin bebas seperti teman-temanku yang lain Yah...!” kataku sedikit mengeraskan suara.
“Kamu sudah baligh, seharusnya kamu tahu mana yang hak dan mana yang bathil. Aku sangat kecewa padamu, selama ini kamu tidak bisa menjadi tangan kanan kedua orang tuamu,” ayah terus membentakku tiada henti, rahangku mengeras mencoba meredakan gejolak amarah.
“Sudah Ayah... jangan terus membentak Salafi, dia juga anak kita. Dan kamu salafi, seharusnya kamu tidak terus-terusan melawan Ayah” ucap ibu melerai perdebatan kami.
“Terserah Ayah dan Ibu..!! Silahkan ceramah sepuasnya,” kataku mengakhiri pertikaian ini.
Baca selengkapnya di sini
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
-
Kalahkan Korea Selatan, Indonesia Lolos ke Semifinal Piala Thomas 2024
-
BNPB Sebut Masa Tanggap Darurat Erupsi Gunung Ruang Hingga 14 Mei
-
BPBD Tangerang Minta Masyarakat Waspadai Perubahan Cuaca
-
Komisi VIII DPR RI Dorong Penambahan Kuota Haji Indonesia
-
Resmi Cerai, Teuku Ryan Wajib Beri Nafkah 10 Juta Per Bulan ke Ria Ricis