Lomba Cerpen Santri 2018

Ridhomu dengan Ridho-Nya

| Kamis, 08/11/2018 17:29 WIB
Ridhomu dengan Ridho-Nya Dok Radarbangsa

Oleh: Muhammad Daffa` Yafi` Fadhilah

RADARBANGSA.COM Sabit baru saja pulang ke langit sebelah, menjumpai iparnya yang kerap disapa kejora, sedang tsuroya(1) hanya menatap dari kejauhan. Kulihat mentari jinjit untuk menerawang tingginya kasih ibu yang tergantung di jemuran. Dalam satu hanger saja, ada sejuta cerita, ada senyum, ada tangis, ada rindu, ada kasih, dan ada cinta yang terjemur bersama mukena.

Semalam, ketika angin lari berebut sisa cahaya senja, ada segelas kopi di samping kiriku bercerita pada embun bahwa ia tak akan pernah kering, embun berbalik cerita bahwa ia tak kan pernah surut dan akan terus tumbuh meski terus terjatuh. Di depan tatapku, dedaunan berdesakan berlomba menghitung bintang dan menebak-nebak, di langit mana akan kulukis senyum ibu. Di samping kananku, ada roh yang mendiami jasad yang terus menua, berbalut mukena putih yang bersimpuh di sepertiga malam, lalu menengadahkan tangannya hingga subuh mengucap salam.
 
Mata enggan terpejam, kutoleh arah belakang hingga kulihat setengah rohku lari ke dimensi Sembilan belas tahun silam, ia membawaku kepada ingatan tentang bapak yang kelelahan, ibu menenangkannya dengan bacaan Al-Qur’an dengan pelafalan paling menyejukkan. Aku masih rewel dan meminta ibu menggambarkan bus kota dengan pensil yang kusodorkan, beliau menggambarkannya untukku meski sebenarnya tak bisa menggambar, dengan senyum dan kasih paling tulus, jemari beliau menari indah dengan goresan pensil di tembok, yang muncul hanya garis seperti bejana berhubungan dan lingkaran tak menentu bentunya yang katanya roda bus, lalu di atasnya beliau goreskan pensilnya dengan garis-garis tak beraturan.

Baca selengkapnya di sini

Tags : Hari Santri 2018 , Cerpen Santri , PKB

Berita Terkait