Tentang Bangsa yang Sakit

| Rabu, 25/09/2019 07:01 WIB
Tentang Bangsa yang Sakit Yanuar Prihatin.

Oleh: Yanuar Prihatin*

RADARBANGSA.COM - Apakah Indonesia termasuk bangsa yang sakit? Jika iya, lantas bagaimana menyembuhkannya, dan siapa yang harus menyembuhkannya?

Bangsa adalah keseluruhan manusia yang tinggal dalam suatu wilayah yang mengakui dan bersepakat berada dalam satu kesatuan kebangsaan dan kenegaraan, bernama Indonesia.

Ini rumusnya, jika bangsa itu sakit maka negara pun sakit. Jika bangsa itu sehat, maka negara pun menjadi sehat. Begitu juga negara yang sakit akan membuat bangsa menjadi lebih mudah sakit.

Apa itu bangsa yang sakit? Yaitu bangsa yang sedang terserang penyakit, dan penyakit ini akan menggerogoti rasa kemanusiaan, kebersamaan, persatuan, kesatuan dan kekompakan bersama. Setiap hal yang memiliki energi perusak kebangsaan, maka layak disebut penyakit.

Apa bentuk penyakitnya? Inilah penyakit yang terparah diantara banyak penyakit lainnya. Pertama, memelihara, menumbuhkan, menyebarkan dan mengembangkan rasa kebencian, permusuhan, dendam dan syahwat kuat untuk merusak segala yang sudah ada. Hubungan antar individu, kelompok, golongan, suku, kelas sosial, paham keagamaan, afiliasi politik, patronase tokoh, urusan pemerintahan, semuanya dikembangkan atas dasar semangat yang destruktif semacam ini.

Kedua, menguatnya egoisme, loyalitas dan kebenaran sepihak dikembangkan sebagai model untuk membenarkan bahwa penyebab kerusakan itu ada pada pihak lain. Penyakit yang kedua ini dipelihara dalam bentuk klaim subyektif yang terus menerus dipompakan kepada pengikutnya masing-masing.

Ketiga, kepentingan individu dan kelompok atau golongan dianggap lebih penting dan heroik sebagai tujuan utama dalam kontestasi politik, ekonomi, sosial dan keagamaan. Tidak penting bagaimana menjaga keutuhan bangsa, jika kepentingan golongannya tidak tersalurkan. Jika harus memilih, maka lebih baik memilih terpenuhinya kepentingan kelompok dan golongan meskipun bangsa harus hancur. Perjuangan hidup dan mati itu untuk tujuan kelompok dan golongan, bukan untuk pertaruhan kepentingan bangsa dan komunitas yang lebih luas.

Keempat, menolak mendengar dan tidak mau ambil pusing untuk mengerti orang lain atau pihak lain. Fokusnya adalah bagaimana pihak lain mendengar suaranya dan wajib mengikuti apa yang diinginkannya.Tidak penting untuk mendengar apalagi memahami suara orang lain. "Kebenaran" ada pada diri kami sepenuhnya dan semutlaknya, orang lain atau pihak lain adalah orang-orang yang salah, keliru dan mungkin dianggap sesat.

Semua penyakit itu saling berkaitan, dan memperkokoh satu sama lain.

Dari mana sumber penyakit itu berasal? Pertama, bisa berasal dari pemerintahan yang lemah dan otoriter. Pemerintah lemah dan otoriter dicirikan oleh beberapa hal berikut, antara lain: konflik internal yang gawat di dalam tubuh pemerintahan, buruknya pelayanan kepada masyarakat, pemerintahan dikelola tertutup, elit pemerintahan sulit dijangkau oleh rakyat, saluran aspirasi rakyat dibungkam, demontrasi dilarang, penduduk tidak bebas bepergian, warga sangat sulit mendapatkan kebutuhan dasar (makan, minum, tidur, sekolah, diskusi, dan sebagainya), pers dan media sosial dibungkam/diberangus.

Sumber kedua bukan berasal dari faktor obyektif ekonomi dan politik, tetapi bersumber dari cara berpikir yang bercorak dogmatis, rigid dan anti mainstream. Selanjutnya menjadi "program pikiran" yang digunakan untuk menilai peta, sikon dan merencanakan gerakan perubahan menurut cara berpikirnya.

Bila "program pikiran" ini bersumber pada paham keagamaan, maka gerakan perubahan akan diyakini sebagai "perang suci." Bila "program pikiran" ini bersumber pada nilai-nilai adat dan budaya, maka gerakan perubahan akan diyakini sebagai jalan untuk "mempertahankan diri" dan meminta "pengakuan" untuk lebih bebas dan mandiri.

Diantara dua sumber penyakit itu, manakah yang lebih dominan untuk kasus Indonesia mutakhir sekarang ini? Ke manakah penyebaran penyakit itu sekarang? Apakah TNI, Polri, birokrasi, BUMN/BUMD, perusahaan swasta, rumah tangga, sekolah/kampus, lembaga negara, KPK, organisasi sosial dan seterusnya, sudah terjangkit penyakit ini?

Yang pasti penyakit itu hanya bisa diberantas oleh orang-orang yang masih mencintai Indonesia, yaitu Indonesia yang didirikan oleh para founding father yang telah berkeringat, berdarah-darah, tulus dan ikhlas mencium tanah airnya, bukan wajah Indonesia yang dibentuk tanpa asal usul.

*Penulis adalah Anggota DPR RI Fraksi PKB/Motivator

Tags : Indonesia , Persatuan