Gus Muhaimin Bangun PKB Yes, Nyapres Yes!

| Rabu, 30/06/2021 15:18 WIB
Gus Muhaimin Bangun PKB Yes, Nyapres Yes! Ketua Umum DPP PKB Abdul Muhaimin Iskandar (foto: radarbangsa)

Oleh : Muhtar Sadili*

RADARBANGSA.COM - Nalar suksesi 2024 menempatkan banyak pengamat menukik pada prospek pencapresan Abdul Muhaimin Iskandar, biasa disapa Gus Muhaimin dalam pemilu 2024. Pun para kader PKB di akar rumput setali tiga uang, Gus Muhaimin Presiden 2024.

Dalam melihatnya, saya lebih tertarik pada geliat sunyi Gus Muhaimin dalam menata PKB sejak pertama kali didapuk menjadi pucuk pimpinan PKB. Bunyi dan sunyi dengan terakhir PKB mendapat prestasi masuk tiga besar dalam rilis survei beberapa lembaga survei.

Gus Muhaimin sangat terbaca punya niatan akan membangun PKB pada momentum terakhir kemenangan Jokowi. Tidak serta menjadi bagian dari kabinet Jokowi sehingga fokus mempertahankan bangunan PKB. Padahal menjadi eksekutif adalah modalitas dalam kancah perpolitikan tanah air.

Saat yang sama konsentrasi Gus Muhaimin dalam pimpinan DPR adalah koordinator bidang kesejahteraan rakyat. Sebuah bidang seksi dalam menjadikan kehidupan masyarakat adil dan sejahtera, dengan pembelaan kaum terpinggirkan yang menjadi konsentrasinya sebagai buah dari keberangkatan perjuangan politik NU pasca rontoknya orde baru.

Meminjam teori Kuntowijoyo (1995) tentang kaum mustadhafin yakni kelompok yang secara sosial, budaya, ekonomi dan politik tertindas oleh kekuasaan. Mas Kunto bukan tanpa alasan mengingat rezim orde baru secara kasat mata menempatkan stabilitas sebagai panglima, meski swasembada pangan hadir tapi jurang miskin-kaya makin melebar.

Pembangunan selama 32 tahun hanya melahirkan segelintir orang kaya yang menguasai hampir 90 persen sumber daya ekonomi, sekaligus menyisakan kaum mustadafin yang secara demografis terdiri banyak dari kalangan NU.

Politik kesejahteraan Gus Muhaimin dapat terbaca sebagai respon balik atas realitas ketertindasan wong cilik yang pasca orde, dijawab dengan lahirnya PKB. Partai yang lahir dari rahim NU ini, menjadikan banyak peluang bagi perbaikan tatanan kehidupan bangsa dan negara.

Jika ditarik pada peristiwa itu akan bisa dipahami bahwa Gus Muhaimin mendahulukan membangun PKB sebagai mata rantai dari perjuangannya sejak pertama lahir, untuk selalu terdepan membela kaum yang dipinggirkan oleh kekuasaan orde baru. Soal nanti ada tawaran nyapres juga sebagai kesatuan tidak terpisahkan niatan membangun PKB.

Gus Muhaimin membangun PKB menyebabkan beberapa lembaga survei dalam survei mutakhir menempatkan PKB di urutan tiga besar. Sampai muncul narasi koalisi partai Islam semirip dengan kesuksesan poros tengah mengantarkan Gus Dur ke Istana Negara.

Ini menarik sekaligus inspiratif, walau banyak yang pesimis hal itu bisa terwujud namun jika pembentukannya diinisiasi oleh Gus Muhaimijn di mana partai yang dipimpinnya berafiliasi secara kultural ke Nahdlatul Ulama,. Dan suara warga NU sangat menentukan kemenangan dalam setiap hajatan pilpres.

Harus diakui suara warga NU dan pemilih dari suku Jawa adalah kunci kemenangan di pilpres. Kita bisa menyaksikan hal itu pada pilpres 2019 lalu. Itu artinya pembentukan Poros Islam kalau tidak didukung NU dan tidak diinisiasi oleh parpol yang berafiliasi ke NU, akan sulit terwujud.

Apabila NU bisa mengajak atau mau bersama-sama Muhammadiyah ikut mendukung poros ini, pasti akan menjadi kekuatan dominan. Teknisnya tentu saja PKB, PPP dan PAN sebagai partai yang mempunyai hubungan kultural dengan kedua ormas itu yang bergerak.

Dalam konteks itu peran tokoh seperti Gus Muhaimin jadi sangat menentukan. Kalau dia mau turun dan mengajak PPP dan PAN kemudian PKS untuk membentuk poros Islam maka satu kekuatan besar dalam politik akan berdiri kokoh.

Suara umat Islam di Indonesia itu cukup banyak di mana selalu terbagi dalam tiga ceruk besar yakni; Islam Tradisionalis yang diwakili Ormas NU dan berwujud partainya dalam PKB dan PPP. Lalu ceruk Islam Modernis yang berwujud partainya dalam PAN, PKS dan PBB.

Diketahui perolehan suara partai Islam pada pemilu legislatif 2019 lalu adalah sebesar 30,05 persen atau setara 42.059.378 yang terdiri dari suara Partai PKB: 13.570.097 (9,69 persen), PKS: 11.493.663 (8,21 persen), PAN: 9.572.623 (6,84 persen), PPP: 6.323.147 (4,52 persen), PBB: 1.099.848 (0,79 persen).

PKB zaman now adalah bidadari seksi yang banyak diperbincangkan orang, saat di mana Gus Muhaimin lebih sering mengatakan untuk tingkatkan politik kehadiran sekaligus kepedulian pada seluruh kader PKB di tanah air.

Banyak pengamat menempatkan Gus Muhaimin berpotensi menjadi calon presiden di pemilihan presiden (Pilpres) mendatang, karena fakta politiknya selama ini telah sukses membawa PKB masuk dalam urutan tiga besar.

Apa yang dilakukannya itu tidak bisa dipandang remeh, karena suara PKB selama dipimpin oleh Gus Muhaimin cukup banyak dibandingkan Partai Demokrat dan partai Islam lainnya. Bahkan kursinya lebih banyak dibandingkan Partai Demokrat dan partai-partai Islam lainnya.

Namun, membangun PKB akan tetap didahulukannya karena medan terjal pilpres membutuhkan sokongan PKB, yang jika takdir politik mengarahkan pada tiket pencapresan, Gus Muhaimin bisa meraih suara signifikan.

Gus Muhaimian memang masih belum menyatakan kesiapan menjadi capres 2024, tapi jika melihat getaran elektabilitas PKB terakhir, "road to 2024" akan sangat banyak ditentukan oleh PKB. Dan itu menjadikan banyak pengamat menempatkan Gus Muhaimin dalam daftar calon pemimpin masa depan.

*Pengamat Politik Alumni UIN Jakarta

Tags : Gus Muhaimin , PKB , DPR

Berita Terkait