Saudi Pangkas Harga, Harga Minyak Berjangka Turun

| Senin, 08/01/2024 08:57 WIB
Saudi Pangkas Harga, Harga Minyak Berjangka Turun Ilustrasi: Harga Minyak Rebound 2% (Foto: Wajibbaca)

RADARBANGSA.COM - Harga minyak melemah, Senin pagi, karena pemotongan harga yang tajam oleh eksportir utama Arab Saudi dan kenaikan produksi OPEC, mengimbangi kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, turun 19 sen, atau 0,24%, menjadi USD78,57 per barel pada pukul 08.10 WIB, demikian laporan Reuters dan Bloomberg, di Singapura, Senin 8 Januari 2024.

Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate, berkurang 21 sen, atau 0,28%, menjadi USD73,60 per barel.

Kedua kontrak tersebut melambung lebih dari 2% pada pekan pertama 2024 setelah investor kembali dari liburan untuk fokus pada risiko geopolitik di Timur Tengah menyusul serangan Houthi Yaman terhadap kapal di Laut Merah.

Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken, yang berada di Timur Tengah minggu ini, memperingatkan bahwa konflik Gaza dapat menyebar ke seluruh wilayah tanpa upaya perdamaian bersama, meski Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk melanjutkan perang sampai Hamas dilenyapkan.

Mengimbangi tekanan kenaikan harga akibat kekhawatiran geopolitik, produksi Organisasi Negara Eksportir Minyak (OPEC) meningkat 70.000 barel per hari sepanjang Desember menjadi 27,88 juta barel per hari, menurut survei Reuters.

Meningkatnya pasokan dan rivalitas dengan produsen saingannya, mendorong Arab Saudi, Minggu, untuk memotong harga jual resmi (OSP) minyak mentah Arab Light andalan mereka ke Asia ke level terendah dalam 27 bulan pada Februari.

“Jika kita hanya fokus pada fundamental termasuk persediaan yang lebih tinggi, produksi OPEC/non-OPEC yang lebih tinggi, dan OSP Saudi yang lebih rendah dari perkiraan, tidak akan ada hal lain selain minyak mentah yang bearish,” kata analis IG, Tony Sycamore.

"Namun, hal tersebut tidak memperhitungkan fakta bahwa ketegangan geopolitik di Timur Tengah tidak dapat disangkal kembali meningkat, yang berarti penurunannya terbatas."

Di Amerika, rig pengeboran minyak naik satu unit menjadi 501 rig, pekan lalu, kata Baker Hughes dalam laporan mingguannya.

JPMorgan memperkirakan 26 rig minyak akan ditambahkan tahun ini, sebagian besar di antaranya berada di Permian selama paruh pertama 2024.

“Waktu pengeboran sangat penting, karena penambahan rig di awal tahun akan berkontribusi pada pertumbuhan produksi pada semester kedua 2024,” kata analis bank tersebut dalam sebuah catatan.

“Meski terjadi pertumbuhan produksi minyak mentah dan kondensat sebesar 1 juta barel per hari pada 2023, kami memperkirakan pasokan tahun ini hanya akan meningkat 400 juta barel per hari karena level aktivitas penyelesaian yang lebih rendah dibandingkan 2023.”

Tags : Minyak , CPO , Brent , WTI