Pemerintah Naikkan Harga Referensi CPO 4%

| Jum'at, 02/02/2024 09:10 WIB
Pemerintah Naikkan Harga Referensi CPO 4% Sektor Perkebunan Kelapa Sawit (Doc: Indonesia)

RADARBANGSA.COM - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan Harga Referensi (HR) atau tarif komoditas minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) untuk penetapan bea keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE) periode 1 - 29 Februari 2024 adalah sebesar USD806,40 per metric ton (MT).

Dirjen Luar Negeri Kemendag, Budi Santoso mengatakan tarif tersebut naik sebesar USD31,48 atau 4,06 persen dari periode 1 - 15 Januari 2024 sebesar USD774,93 per MT.

Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 142 Tahun 2024 tentang Harga Referensi Crude Palm Oil yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Layanan BLU BPD-PKS Periode 1 - 29 Februari 2024.

"Saat ini, HR CPO mengalami peningkatan yang menjauhi ambang batas sebesar USD680 per MT. Untuk itu, merujuk pada PMK yang berlaku saat ini, pemerintah mengenakan BK CPO sebesar USD33/ MT dan PE CPO sebesar USD85/ MT untuk periode 1 - 29 Februari 2024,” kata Budi dalam keterangannya, Kamis 1 Februari 2024.

Menurutnya, per 1 Februari 2024 penetapan HR CPO dilakukan setiap satu bulan dan berlaku selama sebulan penuh berjalan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Nomor 01/DAGLU/PER/01/2024. 

Peningkatan HR CPO ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu adanya peningkatan permintaan minyak sawit yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi terutama dari Indonesia dan Malaysia serta adanya peningkatan harga minyak mentah dunia.

Sementara itu, HR biji kakao periode Februari 2024 ditetapkan sebesar USD4.345,70/ MT, meningkat sebesar USD114,73 atau 2,71 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini berdampak pada peningkatan Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao pada Februari 2024 menjadi USD4.012/ MT, naik USD112 atau 2,87 persen dari periode sebelumnya.

"Peningkatan harga ini tidak berdampak pada BK biji kakao, yang tetap sebesar 15 persen. Peningkatan HR dan HPE biji kakao antara lain dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan yang tidak diimbangi dengan peningkatan produksi terutama di negara produsen di wilayah Afrika seperti Pantai Gading dan Nigeria akibat penyakit tanaman dan adanya fenomena El nino," pungkas dia

Tags : CPO , Sawit

Berita Terkait