Fakta Film Berbahasa Sunda "Before, Now & Then (Nana)" di Berlinale 2022

| Senin, 14/02/2022 19:01 WIB
Fakta Film Berbahasa Sunda "Before, Now & Then (Nana)" di Berlinale 2022 Kamila Andini, Sutradara Film Before, Now and Then (Nana) beserta jajaran kru film menghadiri Festival Berlinale 2022 (foto:Instagram/Kamilaandini)

RADARBANGSA.COM - Sutradara “Before, Now, and Then (Nana)” Kamila Andini dan jajaran kru film terlihat menawan ketika menghadiri acara Berlin International Film Festival atau dikenal dengan Berlinale 2022 yang diunggah melalui akun media sosial resmi Berlinale @berlinale pada Minggu, 13 Februari 2022. 

Beberapa wajah yang tidak asing dalam perfilman Indonesia seperti Happy Salma, Laura Basuki dan Ibnu Jamil ikut menghadiri acara tersebut. Dalam unggahan tersebut Barlinale juga menampilkan deretan figur perfilman Internasional Juliette Binoche dan Vincent Lindon.

Berlin International Film Festival atau dikenal juga dengan sebutan Berlinale adalah festival film bergengsi yang telah diadakan sejak tahun 1951. Festival ini rutin diadakan pada bulan Februari dengan lebih dari 65.000 pengunjung tiap tahunnya, menjadikan festival ini sebagai salah satu festival film terbesar dunia yang sangat dinanti-nanti pelaksanaannya.

Film Before, Now & Then terpilih untuk tayang perdana di Berlinale 2022. Tahun ini, Berlinale akan digelar secara offline pada tanggal 10 - 20 Februari 2022. Berikut fakta menarik tentang film “Before, Now, and Then (Nana)”.

1. Sutradara Kamila Andini Perempuan Asal Indonesia

Setelah tahun lalu sukses dengan film `Yuni` Kamila Andini bersama rumah produksi Fourcolours films kembali mengharumkan nama Indonesia dengan membawa film terbarunya “Before, Now, and Then (Nana)” dalam Festival Film Berlin 2022.

Kamila Andini juga menjadi sutradara perempuan kedua dari Indonesia yang berkompetisi di Berlinale. Sebelumnya, ada Sofia WD dengan film "Badai Selatan" di tahun 1962.

2. Terinspirasi dari satu bab dalam roman autobiografi berjudul "Jais Darga Namaku" karya Ahda Imran.

Film “Before, Now, and Then (Nana)” terinspirasi dari salah satu bab dalam roman autobiografi berjudul “Jais Darga Namaku” karya Ahda Imran.

Roman autobiografi sebanyak 517 halaman tersebut dituliskan Ahda Imran dengan dengan sudut pandang orang pertama. Ia menuliskannya mulai dari masa remaja Jais di Bandung di periode 1970-an yang mengikuti teater dan sempat bermain film. Lalu masa di Jakarta saat mulai mengenal seni rupa.

Roman autobiografi tersebut menuturkan perjalanan hidup Jais Darga, seorang art dealer internasional pertama di Indonesia dan kedekatannya dengan sang ibu, Raden Nana Sunani.

Salah satu bab yang menceritakan tentang Raden Nana Sunani itulah yang dikembangkan dan diadaptasi oleh Kamila Andini menjadi film berjudul “Before, Now, and Then (Nana)” ini.

3. Berlatarkan Indonesia era 50-an, mengkisahkan perempuan pasca kemerdekaan Indonesia

Before, Now & Then (Nana) adalah film periodik drama yang berlatarkan di Indonesia era `50-an, pasca kemerdekaan. Film mengangkat kisah seorang perempuan bernama Nana dan keluarganya.

Kamila Andini merasa, film Before, Now & Then (Nana) sangat unik. Sebab, film ini mengusung genre drama periodik yang berbeda dari biasanya.
 
"Film periodik Indonesia selalu terkait dengan sesuatu yang besar atau tentang seorang tokoh penting. Sedangkan, di sini saya menceritakan seorang tokoh perempuan pada umumnya, seperti nenek kita, kakak kita atau ibu kita, yang bisa disayangi dengan semua kekurangan dan kelebihannya," ungkap Kamila dikutip kumparan.com, Senin 14 Februari 2022.
 
"Nana adalah kisah perempuan yang menjadi korban sebuah era perang, politik, pemberontakan dan kehidupan sosial patriarki yang ingin mencari arti kebebasannya sendiri," tuturnya.

4. Dibintangi Happy Salma sekaligus sebagai co-producer

Film ini dibintangi oleh Happy Salma, Laura Basuki, dan Ibnu Jamil. Selain memainkan peran utama sebagai "Nana", Happy Salma juga berperan sebagai co-producer dalam film ini.

Happy Salma, pendiri sekaligus direktur dari Titimangsa menduduki kursi produser pendamping untuk film ini. Titimangsa sebelumnya banyak memproduksi seni pertunjukan seperti Rumah Kenangan, Aku Istri Munir dan juga Bunga Penutup Abad.

“Before, Now & Then (NANA)” merupakan proyek film yang disiapkan sejak tahun 2018, diproduksi oleh Fourcolours Films yang terkenal sejak memproduksi film panjang Siti, Film Terbaik FFI 2015 karya Eddie Cahyono.

5. Berkompetisi dengan banyak film karya sutradara ternama di Dunia dalam Berlinale 2022

Before, Now & Then (Nana) berhasil lolos dan terseleksi dalam program kompetisi utama Berlinale yang merupakan program inti dari festival. Total 18 film terpilih akan berkompetisi untuk memperebutkan penghargaan Golden Bear dan Silver Bear.

Dengan visi merangkul keragaman sinema dan cakupan produksinya yang luas di abad ke-21 ini, program kompetisi ini memiliki tujuan untuk memberi kejutan, menghibur, serta memperkaya tontonan padapara penonton dan profesional industri.

Mengutip cantika.com, Carlo Chatrian, Artistic Director Berlinale, memberikan pujian untuk film “Before, Now & Then (NANA)”, Film ini adalah proyek yang sangat ambisius tanpa kehilangan perspektif perempuan yang berhubungan dengan masa lalu Indonesia dengan pendekatan pribadi dan orisinal. Cerita dijalin dengan perasaan yang tidak bisa kita hindari dengan cara bertutur melodrama seiring dengan penggunaan musik".

Film tersebut nantinya akan berkompetisi dengan banyak film karya sutradara ternama dunia, seperti Carla Simon, Claire Denis, Rithy Panh, Denis Cote, Paolo Taviani, Ulrich Siedl, Andreas Dresen, Hong Sang Soo, Isaki Lacuesta, dan François Ozon.

6. Film berbahasa sunda habis terjual di Berlinale 2022

Before, Now & Then (NANA) bercerita tentang seorang perempuan Indonesia yang hidup di daerah Jawa Barat di era 1960-an yang diangkat dari sebuah kisah nyata kehidupan Raden Nana Sunani. Kisah seorang perempuan yang melarikan diri dari gerombolan yang ingin menjadikannya istri dan membuatnya kehilangan ayah dan anak.

Ia lalu menjalani hidup barunya bersama seorang menak Sunda hingga bersahabat dengan salah satu perempuan simpanan suaminya. Sesuai latar tempatnya, film ini akan menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa utama yang dipakai di film.

 

Tags : Kamila Andini , Berlinale , Beforenow&then

Foto Terkait